manuq.gif (37198 bytes)

Prakata

Humor Suharto dan keluarga

Humor Para Menteri

Humor Abri dan Personilnya

Humor Lain-lain

Kembali ke muka

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Tes Kelinci

Kepolisian, ABRI, dan badan intelejen BIA saling menyombong bahwa merekalah yang terbaik dalam menangkap penjarah yang sedang marak saat sekarang. Soeharto merasa perlu untuk melakukan tes terhadap hal ini.

Soeharto melepas seekor kelinci ke dalam hutan dan ketiga kelompok pengikut tes di atas harus berusaha menangkapnya.

BIA masuk ke hutan. Mereka menempatkan informan-informan di setiap pelosok hutan itu. Mereka menanyai setiap pohon, rumput, semak dan binatang di hutan itu. Tidak ada pelosok hutan yang tidak di interogasi. Setelah tiga bulan penyelidikan hutan secara menyeluruh akhirnya BIA mengambil kesimpulan bahwa kelinci tersebut ternyata tidak pernah ada.

ABRI masuk ke hutan. Setelah dua minggu kerja tanpa hasil, mereka akhirnya membakar hutan sehingga setiap mahluk hidup di dalamnya terpanggang tanpa ada kekecualian. Akhirnya kelinci tersebut tertangkap juga hitam legam, mati ... tentu saja.

Kepolisian masuk hutan. Dua jam kemudian, mereka keluar dari hutan sambil membawa seekor tikus putih yang telah hancur-hancuran badannya dipukuli. Tikus putih itu berteriak-teriak: "Ya ... ya ... saya mengaku! Saya kelinci! Saya kelinci!"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Dwi Fungsi

Sugiyo sudah berumur 42 tahun dan mempunyai 4 orang putra.
Hari ini ia mengumpulkan semuanya dan menanyakan cita-cita mereka.

Si Sulung, Tohar, "Saya ingin menjadi direktur perusahaan dan Wiraswasta." Si Nomor dua, Suhar, "Saya ingin menjadi Ulama yang terkenal." Si Bungsu Suto, "Saya ingin jadi anggota DPR."

Sugiyo gembira mendengar cita-cita anaknya, lalu ia berkata, "Kalau begitu kalian semua harus masuk ABRI."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Rehabilitasi oleh Tuhan

Di akherat, Tuhan memerintahkan malaikat untuk memberi rehabilitasi pada para jendral militer yang banyak membunuh rakyat. Untuk itu mereka akan dikirim kembali dunia, dan ditanyakan apa yang akan dilakukan.

Jendral Franco dari Spanyol, "Terima kasih Tuhan, aku akan meminta maaf pada rakyatku, lalu menjadi biarawan dan memuji namaMu."

Jendral Salazar dari Portugal, "Terima kasih Bunda Maria, aku akan pergi dari pintu ke pintu di seluruh negeri untuk minta dikasihani."

Jendral Pinochet dari Chile. "Terima kasih Jesus, aku akan menjadi buruh miskin dan memimpin mereka melawan ketidakadilan."

Seorang Jendral dari Indonesia berkata, "Ampun Tuhan! Tolong jangan kirim saya ke dunia! Kirim saja saya ke neraka. Biarlah 2 juta orang komunis menghujat saya, ribuan dan ratusan warga Priok, Nipah, Lampung, Tim-Tim, Aceh , dan korban 27 Juli mengumpat saya! Di dunia sana, 190 juta orang tidak segan untuk membunuh saya dua kali."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Tentara Terkuat

Menurut seorang analis militer Singapura, angkatan bersenjata Indonesia adalah kekuatan militer paling kuat di dunia. Angkatan Darat-nya dengan mudah mengalahkan demonstran, Angkatan Udara-nya selalu berhasil membidik udara kosong, dan Angkatan Lautnya melumpuhkan kekuatan bonek. Sementara itu Kepolisian-nya dengan cepat bisa merobohkan para pemain bola dengan gas airmata.

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Ah, Itu Potret Penjahat

Suatu hari saat Syarwan Hamid dengan pengawalan ketat melakukan inspeksi ke sejumlah pemukiman di Baucau, Timor Timur. Di kawasan itu Syarwan keluar-masuk rumah penduduk dan memeriksa semua isi rumah secara detil. Rupanya Syarwan ingin menyaksikan bagaimana penduduk Timor Timur menata rumahnya, sekaligus seberapa jauh proses integrasi telah berhasil.

Di ruang tamu beberapa rumah penduduk Syarwan melihat terpampang gambar burung garuda dan potret Presiden Soeharto serta Wakil Presiden Try Sutrisno di sebelah kanan-kirinya.

"Wah, ternyata Bapa sudah sadar dengan arti integrasi ya. Dan rupanya Bapa sudah tahu bahwa presiden di Timor-Timur adalah Soeharto dan wakilnya adalah Try Sutrisno. Selamat Bapa," ujar Syarwan sambil memberikan uang Rp 100 ribu.

Hal itu dilakukannya kepada setiap penghuni rumah yang diketahui memasang lambang garuda dan potret presiden dan wapres.

Kini giliran rumah Manuel yang dikenal sebagai anti-integrasi diinspeksi Syarwan dan rombongannya. Ketika masuk ke ruang tamu, Syarwan tampak tertegun melihat di ruang tamu rumah Manuel tergantung sebuah patung Yesus Kristus tengah disalib. Sedang di kanan-kirinya terpampang gambar Soeharto dan Try Sutrisno.... Manuel dan istrinya sempat tegang. Tapi senyum Syarwan pun segera mengembang. "Tak saya sangka Bapa Manuel telah sadar dengan arti integrasi. Terima kasih bahwa Bapa telah menyejajarkan Pak Harto dan Pak Try dengan Yesus," ujar Syarwan sambil memerintahkan anak buahnya menyerahkan uang sebesar Rp 500 ribu sebagai penghargaan kepada Manuel.

Ketika rombongan berlalu, datang tetangga Manuel bernama Mariano. "Lho bukankah Bapa selama ini anti pada penindasan yang dijalankan oleh penguasa Orde Baru?" Apa betul Bapa menyejajarkan Soeharto dan Try Sutrisno dengan Yesus?" tanya Mariano.

"Ah siapa bilang. Itu kan kata si Syarwan. Apa yang ada di ruang tamu ini kan seperti adegan penyaliban di Golgota. Saat itu bersama Yesus, turut disalib dua orang penjahat di sebelah kiri dan kanannya," jawab Manuel enteng.

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Yang Boleh dan Yang Tidak

Seorang jendral militer mengundang para wartawan guna memberi arahan apa yang boleh diberitakan dan apa yang tidak boleh diberitakan."Berita suksesi tidak boleh ditulis, Presiden tidak suka. Pemogokan buruh, jangan ditulis, nanti terjadi konflik. Berita korupsi tidak boleh dipolitisir, wibawa pemerintah rusak. Monopoli tidak boleh menyebut keluarga Presiden, itu tidak etis. Politik tidak boleh memihak rakyat, nanti resah. Kenaikan harga tidak boleh dijadikan berita utama, rakyat nanti marah. Berita ini tidak boleh.... Berita ini tidak boleh....dst."

Seorang wartawan muda yang tidak sabar lalu menyela, "Kalau begitu Jendral, apa yang boleh kami beritakan?"

Si Jendral menjawab dengan tenang, "Kalian beritakan yang barusan saya ucapkan!"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Sama-Sama Bego

Suyono dan Syarwan pergi mancing, mengikuti jejak Soeharto. Mereka menyewa satu perahu dan berangkat ke arah Pulau Seribu.

Di laut dekat Pulau Putri, mereka berhasil menangkap seekor ikan barakuda yang besar. Mereka saling bersalaman, saking gembira. "Ayo kita tandai laut itu, supaya kalau kita mancing lain kali bisa mudah menemukan tempatnya", usul Syarwan. Suyono setuju. Ia pun mengambil cat hitam dan terjun ke laut, dan membuat satu huruf "X" di suatu tempat, dan satu-satunya tempat yang bisa ia cat adalah dasar perahu.

Syarwan punya ide yang lebih bargus: "Yon, tandanya dibikin besar, dong. Biar 'ntar mudah dicari kalau kita pakai perahu ini lagi."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Jendral Kuper

Tersebutlah tiga orang bersaudara. Seorang buruh tani dari Siantar, seorang konglomerat, dan seorang jenderal masih bersaudara. Sang konglomerat mengajak mereka ke restoran "steak" yang terkenal di Jakarta.Tapi mereka datang agak terlambat. Begitu masuk, si pelayan utama restoran itu dengan sopan menemui mereka dan mengatakan, bahwa restoran tak bisa melayani lagi.

"Maaf, kami kekurangan daging impor," kata sang pelayan. Buruh tani bertanya, "Daging impor itu apa, sih?"

Si konglomerat bertanya, "Kekurangan itu apa?"

Sedangkan si jenderal bertanya, "Maaf itu apa?"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Feisal Kehilangan Jip

Waktu masih berpangkat kapten, Feisal masuk sendirian ke sebuah bar di Jalan Blora, lalu pesan satu gelas bir. Dia minum itu bir pelan-pelan, tapi sebelum habis dia keluar sebentar. Didapatkannya bahwa jip yang dibawanya tadi tidak ada lagi di tempat parkir. Ia masuk kembali ke bar dan mencabut pistolnya, lalu menembakkannya ke atas sambil berteriak, "SIAPA DI ANTARA BUSYET-BUSYET DI SINI YANG BERANI MENCURI JIP GUA?"

Tidak ada seorang pun dalam bar itu yang berani menjawab. Feisal menaruh pistolnya di meja, lalu teriak lagi, "OKE, DEH GUA PESAN SATU GELAS BIR LAGI, DAN KALAU NANTI GUA HABIS MINUM ITU JIP KAGAK KEMBALI LAGI DI TEMPATNYA, GUA BAKAL LAKUKEN APA YANG GUE PERNAH LAKUKEN DI MANGGA BESAR!"

Ia pesan segelas bir lagi, dia tenggak, lalu dia melangkah ke luar. Eh, itu jip memang betul sudah kembali ke tempatnya. Maka dia pun naik ke mobilnya tapi kemudian teringat bahwa dia belum bayar birnya.Waktu Feisal mau membayar, si penjaga bar bertanya, "Emangnya apa nyang dulu Ente lakuken di Mangga Besar?"

Feisal: "Maksud lu waktu jip gua nggak kembali?". Si penjaga bar mengangguk.

Feisal: "Ya gua pulang, jalan kaki."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Syarwan di Bosnia

Syarwan ditugaskan ke Bosnia, bergabung dengan pasukan PBB yang menjaga perdamaian di sana. Posnya ada di sebuah daerah terpencil, di kaki pegunungan yang sunyi. Selama sebulan? Syarwan mencoba menahan diri untuk tidak memenuhi kebutuhan seks-nya. Tapi akhirnya dia tak tahan. Dia datang ke koleganya, seorang perwira Arab, dan bertanya bagaimana caranya "gituan" di daerah terpencil ini.

Jawab sang perwira Arab, "Kamu bisa pakai kuda di belakang markas itu."

Syarwan ingat Pancasila dan Sapta Marga, maka bertekad ia tak mau melakukan perbuatan nista ini. Tapi pada bulan ke dua, ia tak tahan lagi. Dia datang ke rekannya yang lain, seorang perwira India dan menanyakan hal yang sama.

Dia juga dapat jawaban yang sama, "Kamu bisa pakai kuda di belakang markas itu."

Syarwan diam, tapi tetap ingat Pancasila dan Sapta Marga. Sampai akhirnya di bulan kelima, dia tak tahan lagi. Dia mendatangi si perwira Arab dan berbisik, malu-malu, bahwa dia mau "gituan".

Si Arab mengangguk simpatik, "Silakan pakai kuda itu, ini memang giliranmu."

Nah, Syarwan pun dengan bersijingkat mendatangi si kuda, dan melampiaskan hasratnya di tubuh hewan itu. Lalu dia kembali ke si perwira Arab sambil senyum kecil, "Wah, thank you, saya sudah pakai kudanya."

"Ah, tak perlu berterima kasih. Semua orang di sini kalau mau datang ke bordil di bukit itu memang biasanya naik kuda."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Teka-teki

Seorang perempuan cerdas, seorang jenderal cerdas dan sang Gatotkaca memasuki sebuah ruangan di sebuah lembaga penelitian aerodinamika.

Di depan pintu, sebuah robot menyodori mereka sebuah rumus untuk dipecahkan.

Pertanyaannya sekarang: siapa yang bisa menguraikan rumus itu?

Jawab: si perempuan cerdas. Mengapa? Sebab yang dua lainnya itu jenis makhluk yang tidak pernah ada di alam nyata.

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Keinginan Syarwan

Syarwan sebenarnya tidak tahu apa gerangan nasibnya nanti, setelah ia pensiun. Tetapi tentu saja ia punya ambisi di hatinya. Pada suatu saat ia berpuasa tujuh hari dan pantang makan garam dan daging, lalu pergi ke Gunung Lawu. Pada waktu maghrib, di bawah sebuah pohon rindang, ia memejamkan mata, berkonsentrasi diri.

Tiba-tiba ia mendengar suara, di belakangnya: "Jangan bersedih, hai insan. Aku ini seorang peri yang baik. Sebutkan saja tiga permintaan, dan itu akan saya penuhi asal saja ..."

Syarwan membuka matanya. Di dekatnya nampak seorang perempuan tua berambut panjang dengan kain hitam legam menutupi tubuhnya yang sudah kisut. Maka Syarwan pun mengangguk, hormat dan bertanya: "Apa syaratnya agar keinginan saya bisa dipenuhiya peri?"

"Setubuhi aku," jawab perempuan tua tadi.

Demi untuk mendapatkan semua keinginannya, maka ia pun menjalankan apa yang diperintahkan. Begitu selesai, sambil mengancingkan celananya kembali, ia langsung bertanya: "Sekarang, apakah boleh saya mengucapkan keinginanku?"

Sambil menutupkan kain ke tubuhnya perempuan tua itu menatap Syarwan dan bertanya: "Sebentar, nak. Berapa sekarang umurmu?"

"Limapuluh lima tahun. Kenapa?"

Jawab perempuan tadi dengan kalem: "Sudah tua kok masih percaya ada peri?"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Pengalaman dengan Pak Komandan

Eddy lulus AKABRI jurusan kepolisian dan akhirnya jadi reserse kriminil. Ayahnya, seorang pengusaha yang kenal Kapolri yang sekarang, menitipkan kepada jendral polisi itu agar dapat dibimbing di Jakarta. Supaya cepat. Kapolri setuju setelah menerima Rp 1 miliar. Eddy ditugaskan di bawah asuhan langsung Dan Reskrim Gories Mere yang termashur itu.

Beberapa bulan kemudian, waktu Eddy mengunjungi ayahnya, si ayah bertanya: "Apa yang sudah kamu dapatkan dari pengalamanmu di bawah Pak Gories, Nak?"

"Ada, ayah. Saya punya pengalaman yang menarik dengan Pak Gories Mere." Lalu Eddy bercerita kepada ayahnya: "Pada suatu malam, kami dapat telepon dari bagian sekuriti Hotel Grand Hyatt. Rupanya di sebuah kamar ditemukan perempuan dan seorang pria mati dalam keadaan tidur dan telanjang. Mereka rupanya orang Amerika."

"Wah! Lalu apa yang Pak Gories lakukan, nak?" tanya si ayah kagum.

"Pak Gories dengan tenang memakai topi beliau mengambil tongkat komando, dan sebelum berangkat meneguk vodka tonik yang tersedia di sudut meja. Beliau tidak pernah tergesa-gesa, Ayah. Beliau selalu kalem dan lalu beliau menyuruh saya mengiringi masuk ke mobil. Mobil pun berangkat ke Grand Hyatt.

Kami menemui manajer hotel, dan kepada kami diberitahu nomor kamar di mana insan telanjang itu kedapatan mati. Manajer kelihatan gugup, waktu ia mengantarkan kami menuju ke kamar itu. Tetapi Pak Gories sangat tenang dan gagah. Semua dilakukan dengan tanpa ribut-ribut, supaya tidak heboh di kalangan tamu hotel ..."

"Lalu?", seru si ayah. "Yah, Pak Gories pun masuk ke kamar itu dengan tanpa mengeluarkan bunyi. Saya dan manajer hotel bersijingkat mengikuti beliau. Di dalam kamar itu, benar juga seperti yang dilaporkan: di tempat tidur terbaring tubuh seorang pria bule dan tergetelak di sebelah tubuh seorang perempuan bule, telanjang ... tapi ada yang aneh dan mencurigakan ..."

Eddy berhenti sebentar di sini, mengambil gelas untuk minum. Bapaknya menunggu tegang.

"Apa yang aneh dan mencurigakan?"

Eddy meneruskan ceritanya. "Yang aneh dan mencurigakan ialah bahwa kemaluan laki-laki itu ternyata masih berdiri tegak"

"Waduh! Apa yang terjadi?" tanya si ayah.

"Mula-mula saya tidak tahu, pak. Tapi kemudian Pak Gories dengan tenang memukulkan keras-keras tongkat komandonya ke ujung kemaluan itu, dan ..."

"Dan apa, Nak?"

"Terdengar teriak keras. Laki-laki bule itu berteriak. Ia bangkit. Juga tubuh perempuan itu tiba-tiba berdiri. Kemudian baru kami tahu bahwa rupanya kami memasuki kamar yang salah."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Ancaman Khas ABRI

Seorang prajurit ABRI terbunuh dalam sebuah kontak senjata di pinggiran Los Palos di Timor Timur. Nyawanya melayang, menuju ke pintu surga. Di pintu surga tampak Santo Petrus sedang menjaga pintu masuk.

"Aku anggota ABRI," ujarnya kepada Petrus.

"Ya," kata Santo Petrus, "Anda tak boleh masuk, kami tak ingin ada keributan di sini seperti yang terjadi di umum."

"Siapa yang mau masuk? Subversi ya!," hardik anggota ABRI itu. "Kuberi waktu lima menit untuk segera mengosongkan tempat ini."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Dibyo Jaga Traffic Light

Suatu malam, Dibyo ketika masih di Akademi Kepolisian di Candi, di pinggiran Semarang, mendapat tugas praktek lapangan untuk pertama kalinya diantar seorang sersan pelatih memasuki kota Semarang. Mereka sampai di sebelah tempat dekat perempatan jalan.

"Nah, kau lihat lampu merah itu? Kau bertugas di sana," ujar sang sersan sambil menunjuk Trafic Light yang sedang menyala merah di perempatan jalan.

Semalaman taruna Dibyo tidak pulang-pulang. Sehari kemudian ia muncul dan langsung menghadap sang sersan pelatih.

"Ke mana saja engkau?" hardik sang sersan.

"Siap! Ke Solo, lalu balik kembali," jawab Dibyo tenang tetapi tegas, " ternyata lampu merah itu lampu belakang sebuah truck. Laporan selesai!"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Prabowo Jadi Intel

Tiga orang prajurit muda melamar untuk jadi intel BIA. Mereka bergiliran menjalani ujian lisan. Karena untuk jadi intel di Indonesia tidak diperlukan kecerdasan tinggi, pertanyaannya pun sederhana, tidak panjang lebar, menyangkut pengetahuan umum yang dasar. Tapi karena si penguji kebetulan orang Jawa yang doyan wayang, soal-soal hari itu berkenaan dengan cerita wayang saja.

Giliran pertama, Abu, bekas anggota KNPI, berasal dari Madura, masuk. Si penguji bertanya: "Siapa yang menculik Sinta?"

Jawab Abu: "Rahwana".

Abu lulus, dan diterima jadi intel.

Giliran ke dua Bustanul, bekas anggota FKPPI, berasal dari Sawahlunto. Si penguji bertanya: "Siapa adik Rama yang mengikutinya hidup di hutan?"

Bustanul berpikir sejenak dan dalam hati mengutuk pertanyaan yang Jawa-sentris ini. Tapi ia bisa menjawab: "Laksmana". Bustanul pun lulus, dan diterima jadi intel.

Giliran ke tiga Prabowo, bekas anggota Pemuda Pancasila, berasal entah dari mana. Si penguji bertanya: "Siapa yang bertanding dan akhirnya membunuh Rahwana?"

Prabowo terdiam, tidak menjawab, meskipun senyum terus. Sampai 10 menit. Akhirnya si penguji kehilangan kesabaran dan berkata: "Kamu boleh pulang sekarang, dan besok datang lagi dengan membawa jawabanmul"

Prabowo pun keluar, dengan senyum terus. Di rumah dia ditanya oleh bapaknya, bagaimana hasil ujiannya jadi intel, kok senyum-senyum terus. Jawab Prabowo: "Bagus, Pak. Malah saya sudah dapat tugas untuk menyelidiki sebuah kasus perkelahian''.

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Syarwan tak Butuh Otak

Ketika masih kolonel, Syarwan setiap hari bermimpi bisa segera jadi jendral. Karena terus memikirkan kariernya agar bisa cepat melonjak, Kolonel Syarwan akirnya menderita tumor otak.Terpaksa sebuah operasi dilakukan. Syarwan diminta agar tetap diopname di rumah sakit sambil menunggu tumor otaknya diangkat. Sementara itu semua informasi yang masuk ke Syarwan disaring agar penyakitnya tak bertambah parah.

Banyak diantara bawahan Syarwan membesuk khususnya setelah bekas operasi di kepala sang kolonel agak sembuh.

"Pak, ada kabar gembira yang belum saya sampaikan kepada Bapak, soalnya selama ini 'kan Bapak sakit," ujar seorang bawahan memulai percakapan dengan Syarwan yang sedang berbaring di ranjang.

"Berita apa itu?" tanya Syarwan.

"Bapak sekarang sudah diangkat jadi jendral!" jawab sang bawahan.

Sementara itu dokter yang mengoperasi tumor otak Syarwan datang. Ia kelihatan sangat panik. "Aduh. Gimana ya Pak? Otak Bapak yang saya operasi lupa saya masukkan kembali ke dalam kepala Bapak ...," ujar si dokter setengah melapor.

"Ah, nggak apa-apa Dok. Tak usah repot-repot. Saya sekarang setelah jadi jendral, jadi nggak perlu pakai otak lagi ..."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Tak Bisa Membedakan

Seekor babi hutan dari pedalaman Timika di Irian Jaya lari ketakutan menyeberangi perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Ia merasa diburu-buru tentara Indonesia. Ia baru berhenti ketika ada seekor babi hutan Papua Nugini menyatakan bahwa ia sudah berada dalam wilayah Papua Nugini.

"Mengapa Anda berlari?,' tanya babi Papua Nugini.

"Terus terang saya khawatir pada tentara Indonesia. Mereka mengebiri semua laki-laki di sana," ujar babi Indonesia.

"Tapi anda 'kan bukan manusia. Anda 'kan cuma seekor babi hutan?."

"Justru itulah. Mereka mengebiri dulu baru bertanya kemudian," ujar babi Indonesia.

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Bordil

Di sebuah sekolah SD di pinggiran sebelah umur kota Dili, Timor Timur, seorang guru dari Jawa menanyai murid-muridnya tentang profesi orang tuanya masmg-masing.

Seorang murid Kelas V bernama Caspar yang mengidolakan Xanana Gusmao sebagai pahlawan mendapat gilirannya. Ia pun menjawab, "Ayah saya jadi petugas rumah bordil."

Tentu saja si Guru terkejut mendengarnya. Siangnya ia segera mengirimkan sebuah surat untuk ayah Caspar. Guru merninta ayah Caspar datang menemuinya.

Esoknya muncul seorang anggota Babinsa lengkap dengan seragam hijau dorengnya. Lagi-lagi sang Guru terkejut dan tergagap."Saya sekarang benar-benar bingung. Bukankah Bapak yang bertugas di Kodim Dili? Kenapa di kelas anak Bapak mengatakan bahwa Bapak adalah petugas rumah bordil. Dari penjelasan anak Bapak, tadinya saya sendiri mengira Bapak bekerja di Aspal Goreng (lokalisasi di pinggiran Dili -red.)!"

"Ah, maafkan dia. Dia masih kecil. Dia selalu begitu. Dia malu bapaknya jadi tentara Indonesia."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Rahasia Sukses Atlet Irian

Di Indonesia, Irian Jaya dikenal sebagai pemasok utama para olahragawan. Dalam rangka persiapan Sea Games, Ketua Umum KONI Wismoyo mengadakan peninjauan lapangan ke sejumlah atlit yang sedang berlatih di Senayan. Wismoyo yang sudah lama tertarik kepada rahasia sukses atlit Irian segera meminta agar menghadapkan padanya seorang atlit dari Pulau Kepala Burung.

Rupanya seorang atlit serba bisa yang mantan pendukung OPM, Karel Rumaurir, sedang berlatih didekat rombongan KONI. Ia didekati seorang staf KONI dan diminta menghadap Wismoyo. Kepada Wismoyo, Karel diperkenalkan sebagai pemegang medali emas olahraga panahan, lempar lembing, dan lari sprint.

"Apa benar kamu juara di bidang panahan, lempar embing, dan lari cepat?" tanya Wismoyo.

"Siap Pak. Benar!" sahut Karel dengan posisi tegak.

"Coba ceritakan rahasia suksesmu di tiga cabang olahraga itu, saya ingin tahu!"

"Siap Pak! Dulu saya dan kawan-kawan selalu berlatih memanah ABRI. Bila masih ada ABRI yang nekad maju, kami akan melempar lembing. Dan bila ada banyak ABRI yang nekad, kami akan lari cepat!"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Meng-counter Isu HAM

Penindasan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia telah menimbulkan sejumlah masalah pelik bagi pemerintah Indonesia. Hubungan diplomatik dan bantuan keuangan yang selalu dikaitkan dengan praktek HAM membuat wajah diplomasi Indonesia semakin babak belur. Untuk itu Pangab memerintahkan agar BIA, BAKIN dan Bakorstanas bekerjasama dengan Deppen menggelar serangkaian diskusi dengan tema "Dalam Pancasila Sudah Ada Nilai Penegakan HAM".

Sejumlah undangan, surat pemberitahuan dan konsep iklan dibuat. Sebuah buku program acara juga dicetak untuk melengkapi. Dalam program acara tertulis kata-kata: "Kebebasan Berpendapat. Kebebasan Pers. Wartawan Dilarang Masuk".

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Tiga Jendral Pikun

Usai acara HUT ABRI 5 Oktober 1997 lalu, Pak Domo mendatangi seniornya, Pak Nas dan Pak Harto untuk memberi ucapan selamat atas penganugerahan tanda pangkat jendral bintang lima kepada keduanya. Dari sekadar berbasa-basi, lantas berkembanglah pembicaraan mereka ke soal masa tua dan gejala kepikunan yang mereka alami.

"Meski saya sempat dikucilkan pemerintah, alhamdullilah, fisik saya relatif masih sehat kecuali prostat dan jantung yang agak terganggu. Cuma saja setiap kali membuka lemari es, saya lupa apakah saya ingin meletakkan atau mengambil sesuatu. Setiap bangun pagi saya juga bingung apakah ini jaman Orde Baru atau masih Orde Lama," ujar Nasution disambut tertawa berderai Pak Harto dan Pak Domo.

"Itu tak seberapa, Pak!" sambung Soedomo, "Setiap kali melihat perempuan, saya sering berpikir bahwa saya sedang berada di tangga sambil berpikir apakah saya ingin naik atau ingin turun."

"Untunglah," kata Soeharto, "aku belum mengalami hal-hal seperti itu dan aku siap dicalonkan jadi presiden lagi."

Soeharto lantas mengetuk-ngetukkan tongkat komando jendral bintang lima yang baru dipegangnya ke meja. "Oh," ucap Soeharto sambil bangkit dari tempat duduknya, "Rupanya ada tamu."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Feisal dan Kekacauan

Feisal diundang nmenghadiri sebuah jamuan makan bersama para tokoh profesional terkemuka di Jakarta. Feisal dianggap mewakili kalangan profesional ABRI.

Saat seremonial usai, acara dilanjutkan dengan pesta kebun. Sambil menyantap makanan Feisal mendekati seorang dokter dan insinyur yang tampaknya sedang mengunggulkan profesinya masing-masing.

"Bagaimana pun, profesi dokter adalah profesi tertua di dunia," ujar sang dokter. "Seorang dokter itu bisa dikatakan mempunyai keahlian seperti Tuhan saat menciptakan Adam. Ia melakukannya lewat sebuah operasi. Ia mengambil sebuah tulang rusuk Adam dan kemudian menciptakan Hawa. Pembedahan adalah pekerjaan yang paling tua di dunia ini," lanjut si dokter.

"Tunggu sebentar," tangkis si insinyur, "Sebelum Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, ia terlebih dulu harus mengatasi kekacauan dan kebingungan yang ada dan baru melakukan proses penciptaan selama 6 hari. Apa yang dilakukan insinyur pada dasarnya lebih awal ketimbang pembedahan yang dilakukan seorang dokter."

Feisal rupanya habis kesabarannya. "Kamu berdua salah besar. Memangnya menurut kalian siapa yang mampu merekayasa kekacauan dan kebingungan. Kan hanya ABRI?!"

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Dilarang Bicara

Untuk mensukseskan program "ABRI Masuk Desa" sejumlah pasukan di sebuah desa terpencil di pinggiran Ainaro, Timtim, dikerahkan untuk mendirikan gedung sekolah. Setelah itu mereka diinstruksikan agar mengajak anak anak agar mau pergi bersekolah.

Rupanya Soares, 10, adalah salah satu anak yang dipaksa tentara bersekolah. Di sekolah ia diajari oleh guru tentara tentang sejarah Proklamasi RI, perjuangan kemerdekaan, pahlawan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar, era kejayaan Majapahit dan Pemberontakan Komunis pada September 1965.

Setelah 1 minggu ikut pelajaran sekolah tentara, Soares ditanya ibunya. "Nak, apa pengalamanmu selama seminggu di bangku sekolah," tanya ibunya.

"Saya hanya buang-buang waktu saja. Saya tidak bisa membaca, saya tidak bisa menulis, dan saya tidak diperbolehkan bicara ..."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Slogan ABRI

Di sebuah ruangan kelas di pinggiran Desa Qom, kawasan ujung timur Timtim, tentara diberi kesempatan mengajar pelajaran bahasa di sebuah sekolah menengah. Seorang perwira muda ABRI menerangkan bahwa pemerintah Indonesia sekarang ini tengah menggiatkan sejumlah program demi kesejahteraan masyarakat Timor Timur.

"Ada ABRI masuk desa, kain masuk desa, koran masuk desa, listrik masuk desa. Coba silogisme apa yang bisa dibuat?"

Seorang pelajar, Manuel, yang tampaknya kesal dengan pelajaran tersebut mengacungkan jari, "ABRI ke desa, pakai sarung, baca koran, kesetrum."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Menghindari Ancaman ABRI

Dua orang lelaki di pinggiran Los Palos, Timtim, ditangkap ABRI dengan tuduhan terlibat kegiatan antiintegrasi. Mereka dibawa ke Markas SGI di Dili dan menjalani proses pemeriksaan. Meski disiksa, keduanya menolak memberikan keterangan.

"Di mana tempat tinggalmu?" tanya interogrator.

"Saya tinggal di sembarang tempat," jawab yang satu. "Kadang di ladang, di gunung, di hutan, di pantai, di rumah penduduk ...yaa... di mana saja."

Merasa buntu menghadapi perlawanan ala Timtim, sang interogrator beralih kepada lelaki satunya. "Kalau kau, tinggal dimana?"

"Ah, saya bertetangga dengan dia."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Watak Setengah ABRI

Seorang perempuan di pinggiran Dili, Timtim, Marietta kawin dengan anggota ABRI asal Jawa.

Suatu hari putera mereka kembali dari sekolah dengan wajah murung dan langkah gontai.

"Ada apa sayang?" tanya Marietta.

"Saya ini orang Timtim atau Jawa, sih?"

"Lho, kenapa kamu bertanya begitu? Memang ayahmu ABRI Jawa dan ibumu Timtim. Tapi bukankah kau bisa menjadi kedua-duanya?"

"Saya bingung!" sahut anaknya, "Tadi di sekolah ada teman sekelas bawa sebuah radio kecil dan hendak menjualnya Rp 20 ribu pada saya. Dan saya tak tahu, apakah saya harus menawar atau mengambil saja radio itu."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Identitas ABRI

Di sebuah salon tradisional di Dili, seorang tukang potong rambut sedang menggunting seorang pemuda berbadan tegap dengan rambut terburai hingga pundak.

"Apakah Bapak berdinas di ketentaraan?" tanya sang tukang cukur.

"Ya," sahut sang pemuda, "Darimana anda tahu?"

"Hmm," ujar sang tukang cukur, "Saya menemukan baret di balik rambut Bapak."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Politisi Tanpa Ambisi

Dalam pertemuan anggota parlemen ASEAN, seorang anggota MPR Indonesia dari Fraksi ABRI memperkenalkan diri pada peserta pertemuan, "Saya terlahir sebagai anggota ABRI. Saya telah menjalani hidup saya selama ini sebagai anggota ABRI. Dan saya berharap kelak saya mati juga sebagai anggota ABRI."

Dari deretan anggota parlemen Singapura terdengar sebuah pertanyaan dengan nada keheranan, "Bagaimana mungkin ada politisi tidak punya ambisi apa-apa."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

ABRI dan Metromini

Dalam kursus Lemhamnas, Feisal menjelaskan tentang perlunya konsep Dwifungsi ABRI dipertahankan dalam praktek kehidupan di Indonesia di segala bidang.

"Nah, sekarang saya ingin bertanya. Siapa di antara Saudara yang bisa menjelaskan bagaimana rasanya hidup Saudara bila ABRI yang memimpin"' tanya Feisal.

Seorang peserta kursus yang anggota kebetulan anggota PPP-nyeletuk, "Yah, persis seperti naik Metromini. Seorang menyetir dan lainnya terguncang-guncang."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Syukurlah

Seorang tua penduduk di pinggiran Los Palos, Timor Timur, bernama Manuel sedang sakit berat. Ia tengah berbaring di ranjang kayunya. Tiba-tiba terdengar ketukan keras pada pintu luar.

"Siapa itu yang di luar?," teriak Manuel dengan ketakutan.

"Saya Malaikat Maut!"

"Oh, syukurlah. Saya kira yang datang anggota ABRI."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Uang Lebih Penting

Seorang anggota ABRI berpangkat kopral berpakaian preman tengah berjalan sendirian di jalan yang gelap dan sepi oleh dua pria berpistol.

"Saya tidak main-main," kata salah satu pria sambil mengancam.

"Serahkan uangmu, atau otakmu kubuat berhamburan."

"Silakan tembak dan buat otak saya berhamburan," sambut si kopral. "Sebagai anggota ABRI saya tak memerlukan otak; saya lebih butuh uang untuk hidup."

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)

Salah Pilih

Bersama sejumlah perwira asal Indonesia Syarwan dapat kesempatan berkunjung ke Amsterdam. Ditemani seorang perwira Belanda, Syarwan mengunjungi kawasan lampu merah yang paling terkenal seantero dunia itu. Rupanya Syarwan tergiur melihat kemolekan tubuh perempuan bule yang disebut sebagai "kuda putih" yang mejeng di kawasan itu. "Yah, kapan aku bisa ....merasakan dekapan mereka," pikirnya.

Di pinggiran jalan, di antara tumpukan sampah tiba-tiba Syarwan melillat sebuah lentera tembaga. Dia merunduk dan memungutnya. Ternyata benda itu adalah sebuah lentera ajaib. Saat Syarwan menggosok keluarlah jin.

"Syarwan, kau boleh mengajukan dua permintaan. Aku janji akan mengabulkannya," ujar jin.

"Pertama," ucap Syarwan, "Aku ingin berkulit putih, bertubuh padat dan tak usah lagi jadi perhatian orang seperti di sini. Kedua, aku ingin selalu hidup dalam dekapan badan yang paling rahasia dari seorang perempuan, yang tentunya hangat dan nyaman."

Hanya dalam sekejap, Syarwan pun berubah menjadi sebuah tampon.

Kembali ke atas

humor_pagar.gif (1545 bytes)