![]() Humor Para Menteri |
SirkusSeorang penjinak singa yang gagah perkasa muncul dengan seekor singa yang besar. Pengunjung menyaksikannya dengan berdebar-debar. Ia bisa memerintahkan singa itu melakukan segala sesuatu. Yang ajaib ialah bahwa ia berani memukul kepala si hewan dengan martil kecil, sebagai isyarat perintah. Dan si singa tidak marah, sudah jinak barangkali. Benar-benar patuh: berdiri, menari, atau bahkan juga mencium pantat si penjinak. Di adegan terakhir si penjinak sirkus tambah nekad. Ia memukul kepala singa dengan martil lagi dan si singa itu membuka rahangnya lebar-lebar. Puncaknya adalah ketika si penjinak singa membuka celananya lantas kemaluannya dimasukkan ke mulut binatang itu. Penjinak memukul kepalanya sekali lagi. Apa yang terjadi? Si raja hutan lantas membuka moncongnya kembali, tapi lihatlah, hai, penonton: zakar si penjinak itu masih tetap utuh, sehat, dan segar.Penontonpun bertepuk sorak, gembira tidak henti-hentinya, sampai Kris Biantoro, MC pertunjukan sirkus itu, muncul ke panggung dan berkata: "Bukan main! Hebat sekali! Saya tantang, para hadirin, siapa di antara para hadirin yang berani melakukan adegan terakhir itu sekarang juga? Siapa yang berani, kami beri tiket pesawat gratis dari Jakarta ke Las Vegas pulang-pergi. Penonton senyap beberapa menit. Tiba-tiba terdengar suara dari hadirin. Yang muncul Habibie. Ia naik pentas dan berkata lantang: "Saya berani melakukannya! Tapi dengan syarat!" Kris Biantoro kaget: "Benar nih? Apa syaratnya?" Habibie: "Syaratnya: kepala saya ndak usah dipukul martil setiap kali, dan singanya disingkirkan dulu." Beli Televisi Minus HarmokoDua tahun lalu penjualan pesawat televisi di kawasan Maluku dan Irian menurun drastis. Pengamatan empirik ini membuat sekelompok mahasiswa Fakultas Ekonomi suatu perguruan tinggi di Maluku melakukan survai untuk mengetahui sebab menurunnya penjualan pesawat televisi di Maluku dan Irian.Hasilnya, para konsumen membatalkan membeli pesawat televisi karena mereka selalu menanyakan kepada si pemilik toko, ''Apakah ada pesawat televisi yang tidak ada siaran pidatonya Harmoko?" Gatotkaca Memang HebatGara-gara kerap jatuh, pesawat CN-235 buatan IPTN tak laku dijual. Untuk mengatasi hal ini kepala bagian pemasaran IPTN mengusulkan kepada pimpinannya, Habibie sebuah strategi baru. Selain mengubah mesinnya menjadi serba otomatis, Habibie diminta agar merekam suaranya untuk kemudian disiarkan di setiap pesawat buatan IPTN, CN-250. "Agar penumpang merasa dihormati dan diperhatikan oleh Pak Menteri," ujar staf pemasaran. Habibie pun setuju. Alhasil, dalam seluruh penerbangan pesawat N250 terdengar suara Habibie melalui
interkom, "Para penumpang yang saya hormati selamat datang di pesawat terbang buatan
anak negeri sendiri. Pesawat ini sepenuhnya otomatis. Mesin yang digunakan pesawat ini
merupakan mesin pertama di dunia dan dibuat oleh para insinyur aeronautika IPTN." Tetapi senyum penumpang tak berlangsung lama. Selang kemudian terdengar lagi suara, "Kita akan terbang pada ketinggian 10 ribu meter di atas permukaan laut. Penerbangan bebas rokok ini akan mempunyai kecepatan 5 ribu kilometer per jam. Pesawat ini tidak mempunyai pilot dan tidak ada pramugari. Seluruhnya dikontrol secara elektronis, fly by wire. Semua instrumen bekerja normal ... bekerja normal ... bekerja normal ... bekerja normal. Kisah Harmoko Waktu MudaWaktu Harmoko muda dan cari pekerjaan ke Jakarta, ia mengikut tes untuk jadi wartawan "Merdeka". Ia dipanggil masuk ke dalam, orang yang mengetestnya adalah Rosihan, temannya. Harmoko lega. Jam itu adalah jam tes kemampuan berhitung. Karena ini test psikologi, pertanyaannya agak aneh. Pertanyaan pertama, "Apa yang terbuat dari karet, berbentuk seperti bakiak, dan dipakai di kaki kiri ketika orang di kamar mandi?" Harmoko bingung. Melihat itu Rosihan membisikinya, "Sebuah sandal jepit." Pertanyaan ke dua, "Apa yang terbuat dari karet, berbentuk seperti bakiak, dan dipakai di kaki kiri serta di kaki kanan ketika orang di kamar mandi?" Harmoko kembali bingung. Rosihan kembali membisikinya, "Sepasang sandal jepit." Test kemampuan berhitung hari itu selesai. Besoknya Harmoko disuruh datang lagi. Ia masuk ke ruang ujian, tapi kali ini kecewa, karena yang menunggui test hari ini bukan Rosihan lagi, melainkan seseorang yang ia tidak kenal. Dengan agak dag-dig-dug, Harmoko duduk. Hari ini test pengetahuan umum. Pertanyaan: Apa yang terletak di Mekah yang menjadi tanda arah bagi ummat Islam waktu bersembahyang?" Kali ini Harmoko tersenyum. Ia sudah tahu jawabnya, "Tiga buah sandal jepit." Jamuan Makan Malam HabibiePada suatu malam, Habibie menjamu sejumlah tamu pengusaha Jerman di Hotel Grand Hyatt. Ia didampingi oleh Wardiman, Meneer Dhanu dan para bawahannya yang setia. Dalam pakaian resmi yang anggun, para tamu dan tuan rumah duduk, menyantap makanan, sementara musik lembut dimainkan oleh sebuah orkes kecil sebagai latar belakang. Tapi malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Mungkin karena AC yang dingin atau karena hidangan terlalu banyak memakai bawang, perut Habibie mendadak bergejolak. Dan dari dalam perut itulah langsung keluar satu letusan hawa busuk dengan suara yang amat sangat keras: "Brroootttll". Habibie malu sekali. Tetapi ia segera bisa menyelamatkan keadaan. Ia pun memandang ke arah Wardiman, dan berkata agak keras, "Wardiman, stop itu!" Wardiman berdiri. "Siap, Pak, tapi arahnya tadi ke mana?" Ah, Bukan Urusan Kita!Menlu Ali Alatas melawat ke Jerman. PM Helmut Kohl menerimanya. Mereka berbincang ngalor-ngidul sampai pada persoalan upah buruh di negara masing-masing. "Berapa penghasilan rata-rata buruh Jerman sekarang?" tanya Alatas. "Antara 150 sampai 300 DM per minggu." "Berapa besar kebutuhan hidup mereka per minggunya?" "Itu bukan urusan kita. Jerman adalah negara Eropa yang bebas. Bagaimana dengan Indonesia? Berapa penghasilan buruh per minggunya?'' "Antara 10 ribu rupiah hirmgga 42 ribu rupiah per minggu." "Lantas berapa besar kebutuhan hidup per minggunya?" "Antara 25 ribu Rupiah hingga 90 ribu rupiah." "Dari mana mereka nombok sisanya?" "Ah, itu bukan urusan kita. Indonesia adalah negera yang bebas. Lagi pula Soeharto sudah menunjuk Abdul Latif untuk mengurusnya." Kekhawatiran HaryonoHaryono Suyono adalah orang yang paling giat kampanye perlunya pembatasan kelahiran di Indonesia. "Jika populasi penduduk Indonesia tetap meningkat, maka suatu saat semua orang terpaksa tidur berdiri. Itu artinya waktu kelahiran menjadi lebih cepat lagi," ujar Haryono pada seorang wartawan yang mewawancarainya . TV dan MenteriHanif, seorang mahasiswa dari Surabaya, suatu ketika masuk ke sebuah restoran di Madura (di Madura juga ada restoran, lho). Di ruangan restoran ada pesawat TV sedang dinyalakan, dan ada sejumlah orang menonton. Pukul 19:00 "Siaran Berita TVRI" muncul. Di layar TV tampil Harmoko dan Wardiman. Kontan Hanif berteriak, "Wah, kambing congek!" Mendengar itu, tiba-tiba di antara orang Madura yang menonton berdiri, dan mendatangi Hanif. Mereka menatap mata Hanif dan berkata, "Kalo sampeyan omong seperti itu sekali lagi, saya akan pukul sampeyan!" Si Hanif diam. Siaran berita TV jalan terus. Kini di layar tampak sejumlah anggota DPR Fraksi Karya yang sedang marah-marah karena terima cincin perpisahan yang kadar karat emas kurang. Melihat itu si Hanif tidak tahan, lalu teriak lagi, "Wah, kambing congek!!!" Orang yang mendatangi tadi sekarang berdiri dan bersiap menampar wajah Si Hanif. Melihat itu, Si Hanif mencoba membela diri dan berkata, "Wah, sorry, saya nggak sadar bahwa ini sampeyan sangat setia pada Golkar..." Orang-orang Madura yang ada di restoran itu bersama si pemilik restoran serentak berkata, "Bukan itu soalnya, Dik. Soalnya sampeyan ini sangat menghina kambing!" Pengabdian ala Abdul GafurAbdul Gafur adalah seorang penjilat Soeharto. Setiap menjelang pergantian kabinet dia selalu bikin buku tentang Soeharto, atau apapun yang ada hubungannya dengan Soeharto. Seorang wartawan dengan penasaran mewawancarai Gafur. "Apakah Bung tak khawatir akan kehabisan cerita soal Soeharto? Buku apalagi yang masih bisa Bung hasilkan?" Gafur menjawab enteng, "Ada rancangan buku: Soeharto, Kumpulan Obituari." Si wartawan masih penasaran, "Apa Bung tak khawatir pada pasca-Soeharto nanti orang macam Bung itu akan dihabisi?" "Oh, tidak. Saya kan bisa menulis buku berjudul "Potret Gelap Soeharto: Kesaksian Seseorang yang Tertipu Olehnya," jawab Gafur. Harmoko BingungSetelah tahu pasti bahwa dirinya bakal menjadi anggota MPR/DPR RI, Harmoko kebingungan. Pasalnya, dia harus memanggil Presiden Soeharto dengan sapaan "Saudara Presiden". Lebih sial lagi kalau dia menjadi Ketua DPR, artinya dia harus lebih sering memanggil dengan sapaan itu. Jelas sungguh sulit karena seumur-umur dia tidak pernah melakukannya. "Bune, bagaimana ini yaa baiknya. Aku kan jadi pakewuh nanti," katanya pada sang istri. "Aduh Pakne, aku juga bingung," jawab Yu Srie, "Lebih baik Pakne konsultasi saja dengan Bapak Presiden bagaimana sebaiknya." Maka berangkatlah Harmoko ke Cendana. Setelah membungkuk dalam-dalam Harmoko menjelaskan masalah yang menjadi beban pikirannya itu. Sebagai orangtua yang arif Soeharto lantas memberi jawaban yang menyejukkan, "Moko, kamu ndak usah bingung", kata Soeharto dengan senyumnya. 'Kamu boleh saja menyebut daripada aku dengan sapaan "Saudara Presiden". Itu sudah seharusnya, dan itu konstitusional. Tapi supaya perasaanmu enak, sebelum kamu mengucapkan "Saudara Presiden" kamu lebih dulu mengucapkan "sesuai petunjuk Bapak Presiden", kan begitu?" Terima kasih atas kirimannyaSaat menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Khusus (Menrakus), Harmoko dapat tugas dari Pak Soeharto untuk melawat ke sejumlah negara di benua Afrika. Perjalanan tersebut untuk menemukan pola demokrasi ala Afrika. Malang tak dapat ditolak, saat berkunjung ke sebuah daerah suku terasing Afrika rupanya Harmoko terpisah dari rombongan dan stafnya. Ia ditangkap oleh sebuah kelompok suku yang masih kanibal. Di Jakarta, rupanya Soeharto sudah lama menanti kabar dan laporan Menrakus yang biasanya selalu meminta petunjuk darinya itu. Tunggu punya tunggu, datanglah sepucuk surat dari ketua suku kanibal. Isi suratnya: Dengan hormat. Terima kasih banyak atas kebaikan Anda mengutus seorang menteri kepada kami. Menteri Anda itu sungguh baik, penurut, sabar dan juga lezat. Sayang bagian otak yang selalu jadi kesukaan saya rupanya tidak ada. Sopir Saya BisaAbdul Latief ke mana-mana selalu membawa sopir pribadinya, termasuk setiap kali memberikan ceramah tentang perlunya memunculkan peran serta buruh dalam Abad Globalisasi. Setiap kali Latief berceramah, sang sopir biasanya juga ikut duduk di ruangan ceramah menunggu Latief mengajaknya pulang. Akibat sering mendengar ceramah Latief yang itu-itu juga, suatu saat sang sopir memberanikan diri untuk menggantikan Latief. "Tuan Latief, kali ini biarlah saya yang berceramah dan Anda pura-pura jadi sopir saya," usul sang sopir. Latief tertarik. Dalam sebuah ceramah di lingkungan pengusaha, Latief menyamar jadi sopir. Dalam waktu tiga per empat jam sopir Latief dengan lancar menyelesaikan uraiannya tentang perburuhan dan tenaga kerja di Indonesia. Namun dalam acara tanya-jawab, seorang penguasaha bertanya tentang suatu hal yang tak pernah diuraikan Latief. Untung sang sopir dapat segera menguasai dirinya. Dengan tenang ia menjawab, "Oh, itu soal yang gampang saudara-saudara. Lihatlah, sopir saya saja pasti bisa menguraikan jawabannya." Kabar Buat Bung GafurSetiap kali menjelang Pemilu Abdul Gafur selalu menulis buku, kalau tidak menyangkut Soeharto ya Bu Tien. Sebetulnya bukunya biasa-biasa saja, atau malah bisa dikatakan tidak menarik. Gafur memang tak bermaksud menyusun buku, tapi sekadar bisa mengambil hati Pak Harto. Itu sebabnya, Gafur sangat gembira ketika suatu hari ia didatangi seorang editor dari sebuah penerbitan Amerika ternama. Sang editor berkata pada Gafur, "Ada kabar baik dan kabar buruk buat Anda." "Oh ya, ini pasti menyangkut minat Anda untuk menerbitkan karya saya dalam edisi Inggris. Coba katakan kabar baik itu," ujar Gafur. "Paramount menyukai karangan Anda. Karangan Anda dilahap habis." "Hebat betul! Terima kasih atas pujian Anda yang berlebihan. Lantas apa yang jadi kabar buruk buat saya?" "Paramount itu anjing saya." Kebebasan Setelah BerbicaraMenlu Ali Alatas di Jakarta dalam sebuah wawancara dengan wartawan asal Portugal menegaskan, "Di sini Anda bisa menemukan kebebasan untuk berbicara seperti yang biasa Anda temukan di negeri Anda. Anda bebas untuk berbicara apa saja!" Wartawan Portugal lantas bertanya, "Tapi apakah saya bisa menemukan kebebasan setelah berbicara!" Ilmu CapekPada musim kampanye Pemilu 97, Harmoko yang baru saja kampanye keliling pulang ke rumah setelah larut malam. Sambil melepas sepatu dan merebahkan diri ke ranjang, Harmoko berkata, "Wah, capeknya. Hari ini benar-benar mengerikan." "Saya pun merasa begitu," ujar istri Harmoko, "Seingat saya, saya belum pernah merasa secapek ini." "Kau capek?" tanya Harmoko, "Kan saya yang berpidato terus-terusan? Mengapa kamu juga ikut capek?" "Sebab," ujar istrinya, "Saya terpaksa harus mendengarkan semua pidatomu itu." Itu Tadi RanselDalam pesawat terbang dari Dili menuju Denpasar terdapat tiga penumpang. Yang seorang adalah anggota pramuka dan pastor asal Timor Timur dan Harmoko. Tiba-tiba terdengar suara pilot lewat pengeras suara. "Dalam beberapa detik pesawat kita akan jatuh. Sayang kita hanya punya tiga parasut. Saya akan mengambil satu, karena saya harus melaporkan kecelakaan yang melibatkan tokoh penting ini." Sang pilot pun langsung loncat. Melihat pilot dengan gesit meloncat, Harmoko buru-buru mengambil sebuah parasut yang ada di dekatnya. "Saya perlu menyelamatkan diri," ujar Harmoko, "Sebab saya bertugas memimpin Sidang Umum MPR untuk menggolkan Soeharto sebagai Presiden RI." Harmoko pun langsung terjun nenyusul sang pilot. Pastor pun menatap si pramuka kecil. "Nak," ujar sang pastor, "Saya sudah puas menjalani kehidupan ini. Sedang kamu masih harus menjalaninya. Gunakanlah parasut ini. Semoga Tuhan menyertaimu, Nak." "Jangan bersedih, Pastor"' ujar si pramuka. "Kita masih punya dua parasut. Yang diambil Pak Harmoko tadi adalah ransel saya." SDM yang Paling BerhargaSeorang ahli perbankan utusan IMF warga Amerika datang berkunjung ke Jakarta. Habibie yang menerimanya mengajak berkunjung ke sebuah bank milik pemerintah. Dengan bangga Habibie mengajak tamunya berkeliling meninjau keadaan kantor. Utusan IMF itu lantas tercengang-cengang melihat di sejumlah ruangan balok-balok emas bergeletakan begitu saja, tanpa penjagaan. "Hal seperti ini tak mungkin terjadi di Amerika. Pantas cadangan kekayaan negeri Anda tipis," kata tamu dari Amerika kepada Habibie. "Di Amerika, emas merupakan cadangan negara yang disimpan dan dijaga ketat." "Ya, itulah bedanya. Sebab Amerika adalah negara kapitalis", sahut Habibie tak mau kalah. "Di negeri Pancasila seperti kami, kapital adalah sumberdaya manusia dan tenaga kerja. Jadi manusialah yang kami jaga ketat!" Mohon PetunjukPada waktu mengadakan kunjungan kerja ke daerah meninjau kelompencapir (kelompok penjilat, pengecap, dan tukang sihir), Menteri Harmoko disertai para punakawan (al. Dirjen RTF, PPG dan Direktur TVRI=TV Ribut Iuran) menaiki pesawat dengan gayanya yang kocak dan khas. Seorang pramugari yang tergopoh-gopoh (karena melayani menteri) secara tidak sengaja menyenggol topi yang dipakai bapak menteri kita ini, sehingga topi tsb. terjatuh. Sang pramugari secara spontan dan wajah sedikit ketakutan segera minta maaf dan akan mengambil topi yang terjatuh itu. Tapi apa yang terjadi? Harmoko segera menghardiknya "Stop, jangan diambil dulu !" Sang pramugari bertanya dengan nada heran "Kenapa pak?" "Saya akan minta petunjuk dahulu kepada Bapak Presiden" jawab Harmoko kalem, sambil memberi perintah pada salah seorang punakawan untuk mengontak Cendana melalui HP-nya. Joko HandokoSehabis mengadakan kunjungan yang memalukan ke Selandia Baru, Menteri Joop Ave dipanggil Babe kita ke Cendana (agar lebih privat), selain menanyakan kasusnya, Babe kita ini juga "agak" mengingatkan menterinya ini karena menurut data yang ada, turis asing yang berkunjung ke Indonesia agak menurun kuantitasnya. Gara-garanya adalah kebanyakan orang asing tahu bahwa menteri Parpostel Indonesia nama-nya pakai nama Belanda, jadi dibenak mereka apa bedanya dengan berkunjung ke negeri Belanda saja. Untuk itu Babe kita menyarankan agar Joop Ave ganti nama saja yang berbau Indonesia (khusunya Jawa) sehingga lebih berkesan tradisional dan lebih menarik minat turis asing. Dengan sendiko dawuh Joop Ave menuruti saja kemauan Babe kita ini dan mengusulkan beberapa nama alternatif, namun rupanya Babe kita ini masih kurang berkenan sehingga dengan suara agak keras beliau ini berkata, "Mulai detik ini nama kamu saya ubah menjadi JOKO HANDOKO". Dengan takut-takut si Joop ini bertanya, "Artinya dan maknanya apa Pak?". "Artinya kamu adalah seorang perjaka yang HANya DOyan KOnci" jawab Babe Soeharto dengan sedikit meringis. MaskerSebuah pertemuan tingkat menteri ASEAN baru-baru ini diadakan di Jakarta. Acara yang digelar adalah membahas keganasan asap dari kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra - yang menyebabkan orang-orang di Kuala Lumpur dan Serawak pada sesak nafas dan terpaksa memakai masker. Bahkan Perdana Menteri Mahathir, mungkin untuk mengejek Soeharto, juga memakai masker dalam berpidato di depan umum. Selanjutnya dalam pertemuan Jakarta itu Menteri Lingkungan Hidup Sarwono datang. Yang menarik ialah bahwa ia satu-satunya yang memakai masker yang menutup hidung dan mulutnya. Koleganya dari Malaysia heran dan bertanya, "Kok you pakai masker seperti kami? Kan Jakarta tidak kena asap?" Sarwono, lantaran memakai masker, tentu tidak bisa menjawab. Ia mengambil ballpointnya dan menulis di secarik kertas, "Ssttt. Mulut saya pakai masker bukannya sebab takut asap. Presiden menyuruh saya tutup mulut." Sumbangan Terbesar untuk Rakyat IndonesiaKunjungan singkat Soeharto ke beberapa desa di Sulawesi Selatan menyenangkan hati bagi pemimpin yang sudah berkuasa 30 tahun itu. Masyarakat desa setempat menyambutnya dengan meriah. Umbul-umbul dipasang di jalan-jalan desa, bendera merah putih dikibarkan di setiap sudut desa. Tak lupa spanduk-spanduk yang berisi puji-pujian bagi Bapak Pembangunan ini bertebaran dimana-mana. Soeharto benar-benar terharu. "Lihat, rakyat Indonesia masih mencintai saya," katanya kepada Mensesneg Moerdiono yang setia mendampinginya. Singkat cerita, kunjungan berakhir membahagiakan. Soeharto bersama rombongan yang terdiri atas Mbak Tutut, Titiek Prabowo, Bob Hasan, dan Moerdiono terbang dengan helikopter meninggalkan desa tersebut. Di atas sebuah desa yang dilihat dari udara tampak miskin, Soeharto tampak tertegun. Di bawah tampak pemandangan ratusan warga desa melambai-lambaikan tangan menyambut heli rombongan Presiden yang berkenan melintas di atas desa mereka. "Kasihan, miskin sekali desa itu," kata Soeharto. Lalu ia mengeluarkan uang pecahan Rp 50 ribu yang bergambar dirinya. Ketika ia hendak melemparkannya, Mbak Tutut mencegahnya. "Biarlah saya tukar dengan pecahan puluhan ribu agar ada lima orang yang bergembira menerimanya," kata Mbak Tutut. Titiek Prabowo yang mendengar usulan brilyan kakaknya itu segera menukas, "Kalau begitu saya tukarnya dengan pecahan lima ribuan agar ada sepuluh orang yang bergembira menerimanya. "Bob Hasan pun ikut memberi usul. "Biarlah saya tukar saja dengan pecahan seribu agar ada lima puluh orang yang bergembira menerimanya," kata konglomerat yang punya prestasi dibidang pembabatan hutan Indonesia itu. Soeharto pun hanya manggut-manggut. Namun Moerdiono yang sejak tadi nampak jengkel kemudian memberi usulan pada Soeharto. "Mengapa bukan Bapak Presiden saja yang dilempar ke luar, agar ada 200 juta orang yang bergembira?" Jangan di Depan UmumHabibie selesai dioperasi jantung dengan sukses di Jerman (habis, di mana lagi). Dia pulang terbang ke Jakarta dengan Lufthansa. Sampai di bandara Cengkareng dia lihat, dari jendela pesawat , bahwa sudah banyak para pengagumnya menanti. Baik dari kalangan KMI mau pun dari BPPT. Habibie tahu bahwa orang-orang itu sangat mencintainya, sangat mengharapkan kesehatannya pulih kembali, dan sebab itu dia ingin memberi kesan bahwa dia punya Gesundheit atawa kesehatan adalah walafiat atawa baik belaka. Waktu turun dari tangga nesawat, dengan gagah dia loncat dari anak tangga terakhir, ke tarmac (aspal landasan). Di barisan depan penyambut ada Nasir Tamara, pengagumnya nomor wahid. Nasir sangat kaget dan terpesona dengan demonstasi kecil itu, dan datang memeluk Habibie. "Mein Gott" seru Nasir berdecak. Habibie pun menjawab sambil berbisik, "Ach, Nasir, ingat ya, kalau di depan umum panggil saja saya Pak Habibie!" Ingin Sampaikan Kabar GembiraHari Rabu pekan lalu seorang perempuan cantik datang ke Departemen Penerangan. Ia menemui petugas penerima tamu dan mengatakan niatnya: mau ketemu Menteri Penerangan Harmoko. Petugas pun memberitahu bahwa Harmoko sudah bukan Menpen. Perempuan cantik itu kemudian pergi. Tapi satu jam kemudian dia muncul. "Saya ingin menghadap Pak Harmoko," katanya kepada petugas yang sama. Dan petugas yang sama, dengan sedikit heran, tetap menerangkan bahwa Pak Harmoko sudah bukan Menpen lagi. Perempuan itu pun sekali lagi pergi. Anehnya, setengah jam kemudian dia muncul kembali ke petugas yang sama dan mengatakan hal yang sama: mau ketemu Pak Harmoko. Para petugas mulai curiga dan menganggap ada yang aneh di sini. Maka mereka melapor ke atasan. Dan laporan sampai ke Dirjen Subrata. Karena jadi ingin tahu, Subrata menunggu sampai perempuan cantik itu muncul lagi. Benar juga. Si Dia datang, dan kembali meminta mau ketemu "Pak Harmoko, Menteri Penerangan". Kali ini Subrata yang menerangkan, "Lho, kan Ibu sudah beberapa kali datang tadi, dan sudah berkali-kali kami beritahu bahwa Pak Harmoko sudah bukan Menteri Penerangan lagi. Kok datang lagi, datang lagi?" Jawab perempuan itu, "Itu dia, Pak. Saya datang berkali-kali supaya berkali-kali pula saya dengar kabar gembira itu." Beda Harmoko dan MadonnaDua mahasiswa saling melemparkan tebakan untuk adu kepintaran. Si A bertanya pada B, "Apa perbedaan dan persamaan antara kepala Harmoko dan pantat penyanyi seksi, Madonna?" "Ah gampang. Kalau kepala Harmoko itu belah pinggir, sedang pantat Madonna belah tengah. Tapi isi keduanya sama," sahut si B. Si A pun manggut-manggut mengakui kepintaran temannya tersebut. |