Kita masih ingat ketika aktor agak terkenal Indonesia,
Ongky Alexander menikah dengan Paula, anak buah Mbak Tutut, (yang konon kabarnya suka
berlesbi-ria dengan Tutut
konon lho).
Beberapa minggu setelah pernikahan mereka, seorang wartawan kita menanyakan pengalaman
pertama Paula bersama Ongky, "Bagaimana pendapat Mbak Paula, mengenai pengalaman
malam pertama bersama Ongky?"
"Wah,
ternyata titit lebih enak daripada Tutut!," jawab Paula dengan
antusiasnya.
Kembali ke atas
Di salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, seorang guru
mengajarkan matematika, dengan menggunakan uang rupiah sebagai sarana penyampaiannya.
Bu Guru bertanya, "Perhatikan anak-anak, pada uang rupiah yang bergambar Pak Harto
berapakah nilai rupiahnya?"
Murid-murid menjawab, "Lima puluh ribu, Bu Guru!"
Bu Guru bertanya lagi, "Sekarang perhatikan, pada uang rupiah yang bergambar
monyet di hutan berapakah nilai rupiahnya?"
Murid-murid menjawab, "Lima ratus, Bu Guru!"
Untuk mentest kekuatan penalaran murid-muridnya, dengan penuh selidik, Bu Guru
bertanya, "Jadi, apa kesimpulan yang dapat kita tarik dari gambar dan nilai
masing-masing uang rupiah tersebut anak-anak?"
Murid-murid secara serempak menjawab, "Lima puluh ribu dibagi lima ratus adalah
seratus, Bu Guru. Jadi, menurut mata uang kita, Pak Harto sama nilainya dengan seratus
monyet di hutan, Bu Guru!"
Kembali ke atas
Seperti jamaknya pensiunan jendral ABRI di negara kita,
mereka masih dipekerjakan di sektor swasta atau di lembaga-lembaga lain yang membutuhkan
atau dipaksa untuk membutuhkan. Kata mereka yang membela sistem ini adalah untuk
mengurangi dampak negatif dari apa yang terkenal dengan "post power syndrome."
Rupanya Soeharto pun tidak lepas dari kerangka berpikir seperti di atas. Jadi, dia
memang masih berharap jika dia pensiun dari presiden, masih dibutuhkan di tempat lain.
Namun, sebagai jendral, rupanya dia sudah membayangkan skenario yang bakal terjadi
kalau dia pensiun. Beginilah bayangan dia: "Kalau saya nanti pensiun, dan akan
ditempatkan di suatu perusahaan, pasti akan diadakan wawancara dahulu." Kemudian
Soeharto membayangkan percakapan dalam wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
Pewawancara, "Pak Harto, apakah pengalaman bapak sebelum ini?
Soeharto menjawab, "Saya berpengalaman menjadi presiden!"
Pewawancara, "Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik isteri?"
Soeharto menjawab dengan agak malu, "Saya tidak berpengalaman"
Pewawancara, "Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik anak?"
Soeharto menjawab dengan tersipu, "Saya tidak berpengalaman"
Pewawancara terus saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan kepada
orang-orang biasa, ternyata setiap pertanyaan tersebut dijawab oleh Soeharto dengan
"tidak berpengalaman" yang tentu saja betul. Oleh karena itu, Soeharto, setelah
membayangkan kemungkinan diterima untuk menjadi pegawai di suatu perusahaan adalah kecil,
dan mengingat dia tidak punya pengalaman selain menjadi presiden, maka dia bersumpah dalam
hati: "Aku harus jadi presiden, sampai mati!, karena itu saja yang saya
pengalaman."
Kembali ke atas
Pada saat wawancara di TV, Tommy menyombongkan diri
bahwa dia bisa menurunkan harga semen secara cepat. Pewawancara dengan sigap bertanya,
"Bagaimana caranya?" Tommy dengan kalemnya menjawab, "Bentuk saja Badan
Penyangga Perdagangan Semen, pasti harga semen akan turun. Seperti saat BPPC dibentuk,
harga cengkeh langsung turun drastis."
Kembali ke atas
Mbak Tutut, anak Soeharto, sangat ambisius sekali untuk
menjadi pemimpin negara, walaupun kemampuannya hanya begitu-begitu saja. Saking ambisinya,
Tutut berusaha menghubungi orang-orang beken dunia untuk dimintai nasehat. Yang menjadi
pilihan Tutut untuk dimintai nasehat adalah perdana menteri wanita Pakistan, Benazir
Bhutto.
Pada konsultasi yang pertama melalui telepon, Tutut bertanya, "Mbak Benazir, coba
tolong saya, bagaimana sih caranya untuk bisa menjadi presiden."
"Oh, itu mudah," ujar Benazir, "coba Mbak Tutut memakai kacamata seperti
saya."
Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir, memakai kacamata. Namun sudah sebulan
menggunakan kacamata, tetap tidak dipilih mejadi presiden. Terus dia telepon lagi Benazir.
"Mbak Benazir, gimana nih," kata Tutut, "masak saya sudah memakai kaca
mata, kok masih belum dipilih juga menjadi presiden."
"Oh, memang masih ada syarat yang lainnya sih," ujar Benazir, "coba Mbak
Tutut memakai kerudung seperti saya."
Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir, memakai kerudung. Ternyata berhasil, sesudah
sebulan menggunakan kerudung, Tutut akhirnya diangkat menjadi menteri lauk-pauk (= menteri
Soksial). Namun dasar rakus dan ambisius, Tutut tetap ingin menjadi presiden. Terus dia
telepon lagi Benazir.
"Mbak Benazir, gimana nih," ujar Tutut di telepon, "masak saya sudah
berkacamata dan berkerudung seperti Mbak Benazir, tetapi kok saya cuma dipilih jadi
menteri. Gimana sih syaratnya supaya jadi presiden."
Dengan agak sungkan Benazir menjawab, "Memang sih, masih ada syarat yang lain,
cuma yang ini paling berat dan mungkin Anda tidak mampu melaksanakannya!"
Tutut karena penasaran dan ambisius, dengan semangat berapi-api bertanya lagi,
"Ayo donk Mbak Benazir, katakan saja syarat itu, saya pasti akan
melaksanakannya."
Benazir Bhutto tetap saja sungkan memberitahukan syarat yang terakhir itu, namun karena
didesak oleh Tutut berkali-kali, akhirnya Benazir berkata, "Begini dik Tutut, supaya
Anda dapat menjadi presiden, Anda harus mengikuti langkah saya yaitu Bapak Anda harus
digantung seperti yang dialami bapak saya."
Kembali ke atas
Arwah Machiavelli berkeliling dunia hendak melihat
konsep kekuasaan di berbagai negeri.
Pada Presiden Prancis ia bertanya, "Bagaimana cara Anda bisa berkuasa?"
Dijawab, "Kalau saya dipilih via pemilu, yang suka memilih saya, yang tidak suka
boleh jadi oposisi!"
Pada Presiden Amerika ia bertanya, " Bagaimana kau bisa berkuasa?" Dijawab,
" Saya bisa berkuasa karena para bankir dan pengusaha ada di belakang saya."
Pada Presiden Rusia ia bertanya, " Bagaimana kalian bisa berkuasa?" Dijawab,
" Saya bisa berkuasa karena menjanjikan kemakmuran bersama."
Pada Presiden Indonesia ia juga bertanya. "Bagimana cara kau bisa terus
berkuasa." Dijawab, " Karena Saya Berkuasa!".
Machiavelli bersujud.
Kembali ke atas
Di Jakarta seorang pegawai baru kantor pos dipecat
karena kelewat semangat mencap prangko. Sudah lima tangkai stempel sampai patah, logam cap
sampai cacat dibuatnya, karena tiap kali melihat prangko bergambar orang pakai peci ia
langsung menghajarnya dengan stempel, sekuat tenaga, berkali-kali, sembari berteriak,
"Rasain lu!"
Kembali ke atas
"Mengapa Bapak hanya ikut Pemilu sekali, pada 1971
itu?" tanya seorang peneliti pada respondennya. Yang ditanya, pria berumur 50 tahun
menjawab enteng: " Lho, buat apa ikut Pemilu berkali-kali, toh yang kita pilih itu
presiden seumur hidup."
Kembali ke atas
Seorang guru SD didebat muridnya, "Kok sudah
setengah abad merdeka kita cuma punya dua presiden?"
Dengan datar dan sabar, Pak Guru menjawab, "Ah nggak. Soeharto adalah presiden ke
enam republik ini. Kabarnya, presiden ke tujuh nanti namanya sama. Tak tahulah siapa
presiden ke delapan nanti."
Kembali ke atas
Seorang murid TK Kecil kecewa pada ayahnya. Karena saat
si anak tanya, "Waktu ayah kelas nol, siapa presiden kita?" Jawab ayahnya,
"Soeharto."
Pertanyaan meningkat waktu si ayah SD, SMP, SMA, kuliah, siapa presidennya - jawabannya
tetap: "Soeharto."
Si anak menyergah, "Ah, ayah payah dah, Apa nggak ada nama lain?"
Kembali ke atas
... ada pejabat pemerintah Indonesia mengadakan peninjauan lapangan di sebuah kampung
di pelosok Pulau Madura (Jatim). Seperti biasanya kalau ada pejabat pemerintah (dari
Jakarta) yang datang masyarakat dikumpulkan untuk menyambut tamu tersebut, sekalian untuk
tatap-muka dan berdialog. ... setelah berdialog kesana-kemari akhirnya pejabat tersebut
ingin mengetest pengetahuan masyarakat setempat ..., maka dia tanya kepada seorang pria
berumur 40 tahunan ..., sebut saja bapak A.
Pejabat: " ... bapak A, apakah bapak tahu siapa presiden Republik Indonesia?"
Bapak A: " ... yok apa sey (gimana sih), ... presiden Republik Indonesia ... ya
banyak sekali pak!"
Pejabat (... sedikit bingung dan geli ...): "Lho ... apa maksud bapak?"
Bapak A: "Yaah ... presiden Republik Indonesia memang banyak pak, tergantung
keadaan pak, ... kadang-kadang ya pak Harmoko (ket: MenPen), ... kadang-kadang ya pak Ali
Alatas (ket: MenLu), ... tergantung lah pak, ... siapa yang muncul di televisi ..."
Pejabat ( ... masih geli dan tetap ingin tahu ... ): "Nah ... kalau begitu siapa
dong Pak Harto itu?"
Bapak A (dengan semangat tinggi menjawab): "Wah kalau Pak Harto itu jelas RAJANE
PRESIDEN ... pak!"
Kembali ke atas
Beberapa bulan setelah ditinggal mati Tien, Soeharto
sering berkunjung secara periodik ke Astana Giri Bangun di mana Tien dikuburkan. Beberapa
pengawal pribadi yang kebetulan melihat, menceritakan bahwa Soeharto ternyata berkali-kali
melangkahi makam Tien.
Usut punya usut, ternyata penyebabnya adalah semasa hidupnya, Tien pernah berkata
kepada Soeharto bahwa kalau suaminya mau menyeleweng atau beristeri lagi, Tien berujar
bahwa Soeharto harus melangkahi mayatnya dulu. Rupanya Soeharto sangat patuh dengan pesan
isterinya itu. Jadi itulah kenapa dia sering melangkahi mayat isterinya sekarang, karena
kebutuhan alamiah sebagai seorang lelaki tak tertahankan.
Kembali ke atas
Di tengah terjadinya kepanikan dan rush yang
dialami nasabah dan bank di Indonesia menyusul likuidasi 16 bank oleh Menkeu dan Gubernur
BI, beredar kabar bahwa ada sejumlah bank yang aman dari ancaman likuidasi susulan.
Setidaknya bank-bank tetsebut tak akan dilikuidasi secara bersamaan. Bank tersebut antara
lain adalah Bank PANIN, Bank TATA, Bank BUKOPIN dan Bank HASTIN.Apa pasalnya?
Selidik punya selidik, ternyata Soeharto berkeberatan bila bank-bank tersebut
dilikuidasi akan berakibat dengan munculnya berita "PANTAT BU TIN (baca: TIEN)
DILIKUIDASI".
Kembali ke atas
Ada cerita yang baru saja bocor dari Setneg. Begitu
Setneg menerima telegram bahwa Ramos Horta dan Uskup Agung Belo terpilih untuk menerima
Nobel Perdamaian tahun 1996, Moerdiono langsung panik. Benar juga, ia kemudian dipanggil
oleh RI-1 dan didamprat habis-habisan, karena dianggap tidak becus melakukan lobby untuk
memenangkan Hadiah Nobel bagi Soeharto.
Selidik punya selidik ternyata awal dari prahara ini adalah pada kesalahan seorang staf
baru Setneg yang diperintahkan membuat semacam surat usulan ke Panitia Nobel. Karena ia
sangat mengagumi Soeharto dan terpesona dengan liputan TV pada saat upacara pemakaman Ibu
Negara yang bak prosesi pemakaman keluarga raja itu, ia menyimpulkan bahwa Soeharto adalah
bangsawan.
Di application form-nya ditulisnya gelar bangsawan Raden Mas didepan nama
beliau, yakni R(aden) M(as) S. Harto yang rupanya salah dibaca oleh Panitia Nobel sebagai
singkatan nama Ramos Horta.
Kembali ke atas
Setelah bermalam di Musdalifah, Soeharto beserta
rombongan dan pengawalnya menuju Mina untuk melempar jumroh sebanyak tiga kali, yang
disebut sebagai Ula, Wusta, dan Aqobah. Bagian dari ibadat haji ini merupakan simbol dari
upaya mengusir setan sebelum ke Masjidil Haram.
Begitu tiba di tempat melempar jumroh pada saat subuh, Pak Harto segera mengambil batu
dan melemparkannya ke arah tiang tempat setan. Namus Soeharto dan rombongan sangat
terkejut begitu batu yang dilemparkannya itu kembali ke arah dirinya dari arah kegelapan.
Untung anggota Paspampres yang berada di dekat Soeharto sigap menangkapnya.
Setelah bisa menguasai diri, Soeharto kembali mengambil batu dan melemparkannya sekali
lagi ke arah tiang. Namun kali ini, batu yang dilempar kembali. Para anggota Paspampres
segera menyebar. Semua anggota rombongan tegang. Mereka mengira ada anggota ekstrem kanan
yang berniat membunuh Soeharto.
"He, siapa kamu yang melempar batu ke arah presiden? Saya perintahkan keluar.
Cepat, atau saya tembak!" teriak kepala Paspampres.
Tunggu punya tunggu tak ada siapa pun yang tampak. Namun, tiba-tiba dari balik
kegelapan tempat tiang setan terdengar suara, "He, sesama setan dilarang saling
melempar batu!"
Kembali ke atas
Merasa usianya kian uzur, Soeharto perlu membuat wasiat
tempat di mana ia harus dikubur bila kelak mati. Mungkin ia terpengaruh berita yang gencar
soal wasiat mendiang Presiden Soekarno yang berkeingnan agar dimakamkan di Kebun Raya
Bogor.
Soeharto segera mengumpulkan para penasehat spiritual dan paranormal istana, menteri
kabinet, pimpinan angkatan bersenjata, putra-putri dan para sahabatnya.
"Saya sudah tua, mungkin sebentar lagi saya mati. Menurut kalian sebaiknya jenasah
daripada saya dimakamkan di mana?" tanya Soeharto dengan senyumnya yang khas.
"Bukankah menurut kesepakatan keluarga, Bapak akan dimakamkan di samping makam ibu
di Astana Giri Bangun?" tanya Mbak Tutut.
Seperti biasa, Soeharto manggut-manggut. "Tidak, saya berubah pikiran,"
katanya. Mbak Tutut dan anak-anak presiden yang lain terkejut, namun tidak berani
memprotes.
"Kelak jika saya mati saya ingin dimakamkan di Bukit Golgota, di luar kota
Jerusalem, tempat Nabi Isa disalibkan," lanjut Soeharto dengan wajah yang serlus.
Orang-orang yang hadir kontan terkejut dengan wasiat Soeharto ini.
Lukman Harun, tokoh Anti Zionis yang juga hadir tak bisa menyembunyikan rasa tidak
setujunya. Apalagi Nabi Isa adalah Tuhan bagi orang Kristen.
"Bapak Presiden, ini tak mungkin dan amat berbahaya. Wilayah itu kan diduduki
Zionis Israel dan kita sejak dulu anti-Zionis. Dunia Arab dan kelompok-kelompok
anti-Zionis di tanah air akan marah kepada bapak jika ini terjadi. Dampaknyn akan terkena
juga kepada putera-putera dan cucu bapak yang akan Bapak tinggalkan," kata Lukman
berapi-api.
"Saudara Lukman. Itu sangat tidak mungkin. Karena setelah tiga hari saya
dikuburkan, saya akan bangkit dan berkuasa lagi untuk selama-lamanya. Dan tak seorang pun
akan punya nyali untuk mengusik daripada saya," kata Soeharto.
Kembali ke atas
Pada saat hari penghakiman (kiamat) Rasul Paulus merasa
perlu untuk mewawancara tokoh-tokoh dunia yang pernah melakukan pembunuhan massal, yaitu
Adolf Hitler, Kaisar Nero, Pol Pot dan "the last but not least"
Soeharto. Mereka dikumpulkan di hadapan Rasul Paulus.
"Tahukah Anda sekalian mengapa aku memanggil kalian? Karena aku ingin mendengar
langsung dari kalian, apa yang pernah kalian lakukan terhadap sesama kalian saat kalian
hidup sebagai pemimpin dan berkuasa dahulu," ucap Rasul Paulus seraya menambahkan
bahwa sebenarnya ia melakukan tugas wawancara ini atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Rasul Paulus mengungkap bahwa dirinya dipilih Tuhan - bukan Rasul Petrus atau lainnya -
untuk mewawancara tokoh-tokoh tersebut, karena ia dan jemaatnya dahulu adalah korban
keganasan/kebiadaban Kaisar Nero yang membunuhi umat Nasrani dan membakar habis kota Roma.
"Jadi, aku minta satu per satu kalian menceritakan segala hal tentang
peristiwa-perisiiwa pembantaian itu," kata Rasul Paulus.
Dasar mantan diktator megalomania, keempat orang itu hampir berebut untuk menceritakan
kisah-kisah yang diminta Rasul Paulus. Terpaksa Rasul Paulus menengahi. Disepakati
urut-urutannya adalah Nero-Hitler-Pol Pot-Soeharto. Dasarnya adalah periodisasi waktu.
Keempat tokoh tersebut menyetujui jalan ke luar yang diambil Rasul Paulus.
Mulailah Nero bercerita, masih tetap dengan kecongkakan khas seorang kaisar Romawi.
Tidak ada rasa penyesalan meski pun yang berdiri dihadapannya, Rasul Paulus, merupakan
korban kebiadabannya juga.
Setelah Nero, tiba giliran Hitler. Ia mengawali dengan salam khas NAZI. "Auf
Lebensraum!" ucapnya. Menurutnya, ras Arya adalah yang terbaik, jadi pembantaian 3,5
juta orang Yahudi adalah wajar dan perlu. Bukan karena ras Arya khawatir dengan kecerdasan
orang Yahudi, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi batu sandungan untuk mengembangkan
hegemoni ras Arya.
Giliran Pol Pot tiba. Ia membenarkan bahwa "ladang pembantaian" (killing
fields) yang pernah dilakukannya di Kamboja - yang memakan korban lebih 2 juta nyawa.
"Hal itu saya lakukan untuk membersihkan bangsa Khmer dari virus pikiran jahat kaum
borjuis kecil, tuan tanah dan bangsawan Khmer," ujar Pol Pot.
Rasul Paulus mendengarkan semua cerita dan penjelasan ketiga tokoh tadi dengan tekun
dan diam. "Sekarang giliranmu, Harto," ucap Rasul Paulus.
Seperti biasa, sebelum berpidato atau berbicara, ketika ia masih menjadi Presiden
Indonesia lebih tiga dasawarsa, kali ini pun diawali dengan deheman khasnya. "Ehem.
Terima kasih atas kesempatan yang diberiken daripada Yang Mulia Rasul kepada saya,"
katanya mengawali penjelasan yang diberikan."Saya tidak aken bercerita panjang lebar
seperti anda-anda sekalian. Anda-anda bercerita dengan rasa bangga yang besar di hadapan
daripada Yang Mulia Rasul Paulus seolah-olah andalah yang terhebat dan terbesar dalam
urusan daripada bantai-membantai sesama umat manusia," kata Soeharto tegas dan
lantang.
"Begini saja daripada Yang Mulia Rasul Paulus. Kelebihan daripada Hitler adalah
membunuhi jutaan orang yang kemudian dapat diketahui persis berapa jumlah korbannya dan
berasal dari kamp-kamp konsentrasi mana mayat-mayat itu berasal. Tapi ia sendiri hingga
kini tidak diketahui dimana daripada kuburnya berada. Hitler masih jadi misteri, jangankan
kuburnya, bahkan apakah ia mati bunuh diri atau tidak semua masih misteri."
"Nero betapa pun hebatnya, para sejarawan berabad-abad kemudian dapat mengkisahken
dan mengungkap sedetil-detilnya daripada peristiwa Roma lautan api dengan baik. Bahken
sudah difilmken toh?"
"Pol Pot. Okelah kelebihannya bahwa ia dapat daripada bersembunyi di hutan puluhan
tahun. Tapi bukankah, ladang pembantaian itu dapat dibongkar dan diketahui oleh rezim
sesudah Pol Pot. Dunia internasional mengetahui hal itu, dan kalau tidak salah daripada
Yang Mulia, bukankah juga sudah difilmken oleh sutradara Amerika yang orangnya juga ada
disini," jelas Soeharto.
Ketiga tokoh yang merasa dilecehkan itu menjadi tidak sabar, secara serempak mereka
bertanya. "Lalu apa kelebihanmu Harto?" tanya mereka hampir bersamaan.
"Kalian mati atau menghilang boleh secara misterius, tapi korban-korban kalian kan
kemudian dapat diketahui kuburnya atau keberadaannya. Kalau saya Yang Mulia, bukanlah saya
yang jadi misterius, tapi korban-korban inilah yang jadi misterius tidak jelas daripada di
mana jasadnya berada dan dengan cara apa dan bagaimana mereka dilenyapkan!" kata
Soeharto seraya membeberkan berbagai peristiwa lenyapnya korban yang tetap misteri hingga
hari penghakiman (kiamat) itu seperti kasus G-30-S, Tanjung Priok, Gunung Balak, Peristiwa
Lampung, Penembakan Misterius (Petrus), Penumpasan GPK di Aceh-Timtim-Irian, Peristiwa 27
Juli.
Sekonyong-konyong, Soeharto mendekat Rasul Paulus, lalu berbisik, "Omong-omong,
kalau daripada Yang Mulia sepakat, tolong sampaikan ke Boss Besar (yang dimaksud Soeharto
adalah Tuhan YME), bahwa saya bisa membantu beliau untuk memberi tip cara melenyapkan
manusia-manusia terhukum di hari kiamat ini!"
Kembali ke atas
Seseorang pernah mendengar percakapan berikut ini dari
balik pintu kamar. Kedengaran Mbak Tutut berkata kepada Hartono, "Ayo, copot
bajuku". (Lalu terdengar suara baju dicopot).
Tak lama kemudian, "Sekarang, copot kainku". (Terdengar suara kain dilepas).
Setelah itu, "Ayo, lepaskan kutangku. Juga celana dalamku!"
Sehabis itu tak ada suara selama lima detik. Lalu terdengar suara Mbak Tutut marah,
"Hartono, saya akan laporkan kepada Bapak kalau sekali lagi kamu berani memakai baju,
kain, kutang dan celana dalam saya!"
Kembali ke atas
Ada sebuah informasi yang baru kali ini dapat diperoleh.
Dua hari setelah Ibu Tien meninggal, tujuh anggota pasukan pengaman presiden (Paspampres)
ditahan dan diinterogasi oleh BIA. Soalnya, kata sumber yang layak dipercaya, ada
kecurigaan: Ibu Tien kena serangan jantung, kenapa pasukan tidak segera mengadakan
serangan balasan?
Kembali ke atas
Semua orang tahu bahwa Soeharto punya hobby mancing.
Semua orang juga tahu bahwa Soeharto kalau pergi memancing, pulangnya selalu membawa
pulang ikan berukuran besar.
Beredar desas-desus bahwa sehari sebelum Soeharto mancing biasanya diterjunkan satuan
IPAM dari Korps Marinir atas perintah Komandan Paspampres. Konon mereka ini, tanpa
sepengetahuan Soeharto, mendapat tugas untuk memasang moncong ikan berukuran besar pada
mata pancing milik Soeharto. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menyenangkan Soeharto.
Terus terang banyak kalangan, termasuk sejumlah menteri dan Feisal, penasaran dengan
kebenaran ini. Untuk mengecek kebenaran tersebut Feisal dengan sejumlah menteri lantas
mengatur sebuah acara mancing bersama di sebuah kawasan di sekitar Kepulauan Seribu. Kali
ini Feisal secara khusus memanggil komandan marinir dan kepala staf angkatan laut.
"Khusus kali ini saya tugaskan kalian agar menjaga wilayah perairan Kepulauan
Seribu. Tolong jaga sebulan sebelumnya. Jangan sampai ada kapal lewat, atau seorangpun
yang masuk ke air. Saya kali ini ingin mengecek apa Soeharto memang jago mancing,"
kata Feisal.
Pada hari H berangkatlah Soeharto beserta Feisal dan sejumlah menteri. Tiba di kawasan
yang telah dipilih, setiap orang lantas mengeluarkan pancingnya dan melempar kail.
Teriakan pertama muncul dari Soeharto. Rupanya pancingnya berhasil mengkait sebuah ikan
besar. Begitu berkali-kali. Padahal Feisal sendiri seperti halnya Habibie cuma dapat ikan
seukuran kepalan tangan. Malah Harmoko belum dapat apa-apa.
Akhirnya Feisal pun yang penasaran memberanikan diri mendekati Soeharto. "Pak,
terus terang kami kagum dengan kemampuan Bapak dalam hal memancing. Bisakah Bapak berikan
rahasianya kepada kami," ujar Feisal.
"Lho, kamu selama ini belum tahu toh. Ah itu kan gampang saja. Ini lho," ujar
Soeharto tersenyum sambil menarik mata kailnya dan menunjukkan sebuah plastik kecil
bertuliskan "pilih: Makan Kail, Ikut P-4, atau Ikut Pembekalan".
Kembali ke atas
Cerita ini teriadi ketika Marcos masih berkuasa di
Filipina dan Ibu Tien masih hidup. Suatu kali Imelda harus mewakili suaminya mengadakan
kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Pemerintah Indonesia betul-betul mempersiapkan
penyambutan serius terhadap ibu negara yang terkenal kecantikannya itu.
Soeharto dan Tien turut menjemput Imelda di Bandara. Ketika pesawat pesawat militer
Filipina yang membawa Imelda beserta rombongan mendarat keluarlah seorang perempuan dengan
rok menyala warna merah. Ia turun dengan langkah anggunnya yang langsung menerima kalungan
bunga dari Soeharto.
Pak Harto sendiri terkagum-kagum melihat kecantikan Imelda yang meski telah cukup
berumur tapi kulitnya yang putih masih tampak kencang.
Ketika sampai di Wisma Negara, rupanya Soeharto tak lagi bisa menyembunyikan rasa
kagumanya. "Anda betul-betul cantik sekali."
"Ah, Anda juga tampan kok," ujar Imelda yang mengundang kecemburuan Ibu Tien.
Rupanya bincang-bincang yang dilakukan secara khusus itu kian menjurus. Soeharto lantas
bilang dengan nada berbisik, "Saya mau terus terang ya. Begini saya secara khusus
sebetulnya telah menyediakan Monumen Nasional Monas yang telah berdiri tegak dengan
gagahnya khusus untuk Anda."
Imelda sambil tersenyum-senyum rupanya tak mau kalah. "Ah ya. Omong-omong saya
juga telah mempersiapkan rumput Manila yang secara khusus didatangkan dari Filipina."
Rupanya Bu Tien yang berada di dekat Soeharto mendengar jawaban Imelda atas ucapan
suaminya itu. "O-ala, Pak! Lha kok Anda cari rumput dari Manila segala. Di sini kan
sudah ada keong emas," ucap Bu Tien sambil menunjuk bagian tubuh yang dimaksudkannya.
Dan ketika rayuan antara Soeharto dan Imelda kian menjurus, Bu Tien jadi tak sabar
lagi. "Awas lho, Pak! Saya ingatkan bahwa di situ juga ada Lubang Buaya yang pernah
menelan nyawa tujuh Pahlawan Revolusi," ujar Bu Tien sambil kembali menunjuk sebuah
bagian tubuhnya yang kontan bikin wajah Pak Harto jadi pucat pasi.
Kembali ke atas
Soeharto sedang mencari udara segar dengan sejumlah
orang cucunya di Tapos di lereng Gunung Salak."Nah," ia bertanya kepada seorang
cucunya yang masih kecil yang beberapa waktu lalu muncul mengaji di TV, "Sudah tahu
engkau, apa yang engkau cita-citakan untuk kemudian hari?"
"Presiden Republik Indonesia," jawab anak Bambang Tri tersebut.
"Ah, sayang sekali itu tak mungkin, karena menurut undang-undang hanya selalu ada
satu presiden, dan itu adalah Eyang sendiri."
Kembali ke atas
Soeharto mengadakan kunjungan kenegaraan ke Inggris.
Ratu Elizabeth, yang sadar bahwa Indonesia merupakan partner bisnis yang potensial,
menyambutnya secara kebesaran. Dari bandara sudah disediakan kereta kerajaan yang ditarik
tujuh ekor kuda putih yang cantik, yang akan membawa tamu negara ke Istana Buckingham.
Setelah upacara penyambutan, Elizabeth menyilakan Presiden Indonesia naik. Begitulah
mereka berdua dalam kereta. Di tengah perjalanan, tanpa ditemani penterjemah, Soeharto
terus mengangguk sopan mendengarkan penjelasan Sri Ratu tentang gedung dan taman yang
mereka lewati sepanjang jalan. Syahdan, di dekat Taman Hyde Park, salah seekor kuda kereta
kerajaan kentut keras sekali. Dan bau sekali. Sri Ratu agak malu, dan dengan tersipu-sipu
dia bilang, "Tuan Presiden maaf, ya..."
Soeharto mengangguk, "O, tidak apa-apa, Baginda. Kentut itu sehat. Wong tadinya
saya sangka yang kentut itu kuda, kok".
Kembali ke atas
Perdana Menteri Malaysia, Presiden RRC, dan Presiden
Indonesia dipanggil Tuhan sebentar, untuk diberi info penting. Mereka bergegas-gegas
datang dan Tuhan mengatakan, bahwa dunia akan kiamat pada hari Jum'at yang akan datang.
Sebab itu, diminta agar ketiga kepala negara itu memberitahu kepada rakyat mereka
masing-masing supaya siap. Caranya terserah.
Perdana Menteri Malaysia pulang ke Kuala Lumpur berpidato di depan I: "Encik-encik
dan puan-puan. Saya datang untuk membawa dua buah khabar atau berita. Yang satu khabar
buruk, yang kedua khabar baik. Khabar yang buruk adalah bahwasanya hari akhir zaman akan
tiba Jum'at pekan depan. Berita baik ialah bahwa Tuhan benar-benar ada dan Dia Maha
Pengasih dan Penyayang."
Presiden RRC balik ke Beijing dan langsung ke TVRC: "Kawan-kawan Rakyat, datang
dengan dua berita. Kedua-duanya berita buruk. Yang pertama, kiamat akan datang minggu
depan. Berita buruk kedua: Tuhan ternyata ada".
Presiden Indonesia kembali ke Jakarta dan memanggil awak TVRI untuk merekam pidato ini:
"Assalamu'alaikum warrahmatullohi wabarokatuh. Sudara-sudara, Saya selaku Mandataris
daripada rakyat daripada Indonesia diberi tangggung jawab untuk memberiken khabar kepada
sudara-sudara. Ada dua kabar, dan Alhamdullilah kedua-duanya khabar yang baik. Khabar baik
yang pertama ialah bahwa Allah ternyata memang ada, menjaga keamanan dan ketertiban
daripada semesta. Khabar baik yang ke dua ialah bahwa mulai Jum'at minggu depan, tidak
akan ada lagi orang miskin di Indonesia".
Kembali ke atas
Seorang wartawan yang penasaran, menyelidiki
sebab-musabab mengapa Tommy akhir-akhir ini selalu menang dalam setiap perlombaan balap
mobil atau relly mobil di Indonesia. Padahal kemampuannya sedang-sedang saja.Ternyata di
dekat spedometer mobil balap milik para pesaingnya, seperti Tinton Soeprapto, Helmy
Sungkar, Chandra Alim dan Richard Gelael tertempel secarik kertas dengan tulisan
"Jangan coba-coba melewati gue kalau lu masih berharap dapat proyek ... Tertanda,
Tommy."
Kembali ke atas
Pemimpin Filipina, Fidel Ramos, menghadap Tuhan,
"Tuhan, aku telah memerintah Filipina lima tahun, berapa lama lagi baru rakyatku
berbahagia?" "Tiga puluh tahun lagi," kata Tuhan.
Ramos menangis, dan berlalu.
Ganti pemimpin Kamboja yang baru mengkudeta Ranaridth, Hun Sen, menghadap Tuhan dan
memohon, "Tuhan, aku baru memerintah Kamboja satu tahun, berapa lama lagi rakyatku
baru bisa berbahagia?" "Lima puluh tahun lagi," ujar Tuhan.
Hun Sen menangis, dan berlalu.
Gantian Soeharto menghadap Tuhan, "Tuhan aku telah memerintah negeriku tiga puluh
tahun lamanya. Berapa lama lagikah rakyatku betul-betul bisa berbahagia dan hidup dalam
sebuah masyarakat yang adil makmur berdasarkan daripada Pancasila?"
Tuhan pun menangis, dan berlalu.
Kembali ke atas
Para selebritis terkenal yang mendengar meninggalnya
Lady Di akibat kecelakaan di Paris telah menunggu kehadiran mantan isteri Pangeran Charles
tersebut di alam baka. Mereka di antaranya Evita Peron dan Grace Kelly dari Monaco.
Hampir semua selebritis menyatakan keprihatinannya atas peristiwa yang dialami Lady Di.
Mereka semua memuji, menyatakan respek, dan menaruh rasa hormat kepada Lady Di atas
dedikasinya untuk kemanusiaan selama hidupnya di dunia. Sebagian memuji kecantikan Lady Di
dan berebut mencium tangan dan pipi Lady Di yang halus bak kain sutera.
Sementara itu dari neraka Tien Soeharto, istri Mao Jiang Jing dan dan bom seks Marilyn
Monroe menatap adegan itu dari kejauhan. Tapi hanya Ibu Tien yang terlihat uring-uringan
dan bersungut-sungut.
Jiang Jing yang tak tahan melihat Tien bersungut-sungut lalu bertanya, "Ada apa?
Bukankah ia seorang wanita yang memang pantas untuk dikagumi dan dihormati?" tanya
JiangJing.
"Betul. Tapi ini pasti gara-gara kebodohan suami saya," jawab Tien.
Jawaban itu tentu saja membuat kening Jiang Jing berkerenyit. Marilyn yang menguping
percakapan mereka menjadi keheranan tidak mengerti.
"Lho apa hubungannya kemauan Lady Di dengan suami Anda, Presiden Soeharto,"
tanya Marilyn.
Sewaktu saya mati selama seminggu terus menerus media massa, televisi dan media cetak
di Indonesia menceritakan segala kisah yang menyangkut kehidupan dan kematian saya.
Sekarang seluruh stasiun televisi dan media cetak di Indonesia hampir setiap hari dipenuhi
dengan berita dan kisah tentang Lady Di. Itu pun masih banyak orang yang menyangka potret
saya adalah nyonya Meneer," kata Ibu Tien sengit.
"Nah, lalu hubungannya dengan suami Anda?" tanya Evita.
"Jelas ada. Seharusnya si tua itu memerintahkan Hartono untuk melarang media massa
di Indonesia mengekspos kematian Lady Di melebihi apa yang dulu dilakukan terhadap
saya," ucap Tien.
Kembali ke atas
Rasul Petrus, Rasul Paulus, dan para malaikat penghuni
sorga telah menanti kedatangan roh biarawati Ibu Teresa di pintu sorga. Rasul Petrus dan
seluruh penghuni sorga mengenakan pakaian terbaik milik masing-masing yang berkilauan
cahaya emas. Persiapan tersebut tentu saja membangkitkan keinginan buat para penghuni
neraka. Mereka diantara selebritis tersebut antara lain artis Marilyn Monroe, mata-mata
Matahari, dan tak ketinggalan Ibu Tien.
Begitu roh Ibu Teresa tiba, segera saja Rasul Petrus menyambutnya, bahkan tiga orang
malaikat menghamparkan permadani untuk jalan yang akan dilalui Ibu Teresa.
''Ibu, seluruh kerajaan sorga berterima kasih atas karya kemanusiaan anda untuk
orang-orang miskin dan terlantar, serta anak-anak yatim piatu," demikian Rasul Petrus
dalam pidato penyambutannya.
Tiba-tiba Ibu Tien mengangkat tangan, ditujukan kepada Rasul Petrus. Rasul Petrus yang
melihat itu dengan bijaksana bertanya: "Ada apa kiranya anda mengangkat tangan,
adakah yang ingin anda sampaikan kepada Ibu Teresa?"
"Maaf Yang Mulia. Mengapa Ibu Teresa langsung disilakan menuju Kerajaan Sorga?
Jika ia berbuat amal dan kebaikan untuk sesama manusia, bukankah saya dan keluarga saya
juga melakukan hal yang sama? Kami sekeluarga mengeluarkan uang sekitar Rp 20 juta per
bulan untuk menyantuni dan mensubsidi orang-orang yang kurang manpu," kata Ibu Tien
bersemangat.
Rasul Petrus sambil melengos dan membalikkan badannya menjawab ringan, "Ssst, tapi
jangan dilupakan keluarga anda juga mengeruk milyaran rupiah tiap bulan [*] dari rakyat
Indonesia."
[*] Majalah Forbes, Edisi Agustus 1997 dan Suara Independent No.10, Edisi September
1997 mengungkap bahwa kekayaan keluarga Presiden Soeharto sekarang ini telah mencapai Rp
45 trilyun. Bandingkan dengan masa kekuasaannya yang 30 tahun, artinya per tahun keluarga
tersebut memperoleh kekayaan sebesar kurang lebih Rp 1,5 trilyun.
Kembali ke atas
Ini cerita beberapa bulan yang lalu, ketika sedang
rame-ramenya kampanye Pemilu. Tutut sedang giat berkampanye di sebuah kota kecil di Irian
Jaya. Ribuan rakyat dikumpulkan oleh Pemda buat menyambut beliau di lapangan kota W.
Bendeta dan umbul-umbul dipasang. Meriah. Dan rupanya suatu kebiasaan di situ bahwa rakyat
dengan gegap gempita menyambut setiap ucapan para pembesar.
Tutut berpidato: "Saudara-saudara, dalam rangka pembangunan nasional, pemerintah
akan meningkatkan usaha untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur!"
Rakyat setempat: "Wiloo-wiloo, wiloo-wiloo!"
Tutut meneruskan: "Jangan sampai saudara-saudara mau dihasut oleh gerakan
separatis yang ingin mengacaukan stabilitas!"
Rakyat setempat: "Wiloo-wiloo!"
Tutut lagi: "Hidup Soeharto!"
Rakyat setempat: "Wiloo-wiloo!"
Tutut: "Hidup Soehartono!"
Rakyat setempat: "Wiloo-wiloo!"
Pidato selesai Tutut turun mimbar dan langsung diantar berkeliling melihat-lihat
desa-desa di dekat sini, untuk memberi kesan baik, ia tidak hanya ingin mengunjungi
hal-hal yang sudah ditata. Suatu kali ia nekad masuk ke sebuah rumah dan langsung ke
halaman belakang untuk melihat bagaimana babi-babi dikandangkan di tempat itu. Ini membuat
cemas Pak Bupati, orang asli, yang segera mencoba memberi tahu Tutut: "Maaf, Ibu,
jangan masuk ke situ. Nanti kalau Ibu terinjak wiloo-wiloo! Wiloo-wiloo babi itu ada bau
sekali, Ibu!"
Kembali ke atas
Tim arkeologi dari Amerika, Inggris dan Indonesia
tersesat di lorong di bawah sebuah piramida kuno di Mesir. Tiba-tiba sebuah mumi berusia
ribuan tahun bangkit dan mendekati ketiga antropolog yang kontan jadi pucat pasi.
"Hai, manusia. Siapa kalian dan dan mana asalmu?" ujar mumi dengan suara
menggelegar.
"Nama saya Michael, Tuan Mumi. Saya dari Amerika Serikat sebuah negara
adidaya," ujar sang arkeolog Amerika dengan membusungkan dadanya.
"Hah... Amerika? Aku tak kenal negerimu. Kalau kamu dari mana?" tanya mumi
kepada arkeolog berkulit putih satunya.
"Saya dari Inggris, Tuan Mumi. Nama saya Charles," jawab arkeolog asal
Inggris.
"Inggris? Di mana negeri itu?" tanya mumi.
"Inggris adalah sebuah negeri yang memiliki jajahan paling banyak di dunia,"
ujar si Inggris menyombongkan diri.
"Maaf, aku tak kenal bangsamu! Hei, kamu orang pendek dan berkulit sawo matang!
Dari mana asalmu?" tanya mumi.
"Tuan Mumi, nama saya Sugeng asal Indonesia," jawab sang arkeolog Indonesia.
"Haaa..?! Kamu dari Indonesia?" tanya mumi sambil memerintahkan agar arkeolog
asal Indonesia lebih mendekat padanya, "Omong-omong Soeharto masih jadi Raja Jawa
ya?!"
Kembali ke atas
Ketika majalah Forbes memuat daftar orang terkaya
sedunia dan Soeharto termasuk di dalamnya, seorang pengakses Internet dari Indonesia
heran. Ia bingung ketika melihat daftar dalam kategori ''Kings, Queens &
Tyrants". Si netter bingung, "Lho Soeharto termasuk yang mana: Raja, Ratu
atau..."
Temannya menyergah, "Ketiga-tiganya."
Kembali ke atas
Kehadiran BPPC telah membalik gaya hidup petani cengkeh
di Sulawesi Utara. Kalau dulu para pengusaha yang mendatangi mereka, kini para petani
harus antre menyetor cengkeh kepada BPPC pada musim panen. Begitu panjangnya antrean,
membuat para petani yang sejak pagi hendak menyetor cengkeh jadi blingsatan. "Ini
semua gara-gara Tommy," ujar seorang petani. "Ya, lihat saja sudah dari pagi
kita antre, tapi tidak beranjak maju," sahut yang lain. "Kalau, gitu, kita bunuh
saja Tommy!" kata yang lain. "Yal Kita bunuh dia!" ujar yang lain lagi.
"Bunuh Tommy! Bunuh Tommy!" seru para petani ramai-ramai.
Akhirnya dari musyawarah dadakan itu salah seorang lantas diutus terbang ke Jakarta
dengan mosi: membunuh Tommy. Tiga hari lewat sudah. Utusan itu pulang dan segera menjumpai
rekan-tekannya, yang ternyata masih berada di tempatnya mengantre. Dengan antusias
rekan-rekan petani cengkeh itu menanyakan hasilnya. "Gimana? Sudah dibunuh?"
Dengan lesu, si utusan menjawab: "Percuma antrean orang yang mau membunuh Tommy
ternyata lebih panjang dari antrean ini."
Kembali ke atas
Suatu malam, lewat mimpi Malaikat Jibril mendatangi
Soeharto. Jibril mengatakan pada Harto bahwa waktunya sudah tiba untuk segera meninggalkan
dunia.
"Kamu sudah terlalu lama berkuasa," ujar Jibril.
Soeharto pun minta waktu untuk mempersiapkan diri. Ia ingin membagikan warisannya yang
sangat banyak kepada anak-anaknya secara adil.
Keesokan harinya ia mengumpulkan seluruh anak cucunya. Turut menyaksikan adalah
sejumlah pejabat tinggi negara yang dekat dengan kalangan keluarga.
"Begini, saya akan segera mati. Saya ingin mewariskan apa yang saya miliki kepada
kalian semua. Tolong sebutkan satu-persatu permintaan kalian," ujar Soeharto.
"Ayahanda, saya minta semua jalan tol, stasiun televisi, vaksin polio
dan...," pinta Tutut.
"Ayahanda, saya minta tempat judi terbesar di dunia dan semua tambang
minyak," pinta anak ke dua, Sigit.
"Ayahanda, saya minta stasiun televisi, monopoli plastik, ponsel, satelit, dan
...," ucap Bambang.
"Ayahanda, saya minta jembatan, bank, reksadana, galeri, dan...," ucap
Titiek.
"Ayahanda, permintaan saya tak banyak. Saya cuma minta hak monopoli cengkeh, mobil
nasional, supermarket, sirkuit balap, tanker, pesawat terbang, LNG, dan ... dan ...,"
pinta Tommy yang merupakan anak kesayangan.
Harto meminta agar para pejabat tinggi mencatat semua permintaasn anak-anaknya secara
rinci. Tapi rupanya belum semua anak Soeharto menerima warisan. Si anak bungsu, Mamiek,
belum mengajukan permintaan apa pun. Sedari awal pertemuan ia tampak hanya menundukkan
mukanya. Wajahnya memerah, malu-malu.
Soeharto yang tak tahan dan ingin mengetahui permintaan anak bungsu yang paling
dicintai almarhumah istrinya itu lantas bertanya, "Anakku yang paling ayu, ayo,
jangan sungkan-sungkan. Semua kakakmu sudah mengajukan permintaan. Permintaanmu sendiri
apa?"
Mamiek tak menjawab. Sambil menundukkan wajahnya, ia hanya menggigit-gigit kukunya. Dan
ketika didesak, Mamiek hanya bilang, "Ah...malu, Pak."
"Oalah Nduk, sebutkan semua permintaanmu niscaya semuanya aku kabulkan. Tapi
jangan minta yang satu itu. Yang itu aku sudah tak punya," ujar Soeharto.
Kembali ke atas
Setelah mengalahkan rekor berkuasa Presiden Seumur Hidup
Soekarno, akhirnya Soeharto pun tiba pada ajalnya. Mengingat perbuatan Soeharto semasa
hidupnya akhirnya diputuskan bahwa dia harus masuk neraka. Namun mengingat sejumlah
kebaikan dan hal meringankan Soeharto selama hidupnya, seperti membunuhi musuhnya dengan
tersenyum, memiskinkan rakyat dan negerinya dengan dalih pembangunan hingga aksi konkret
memimpin gerakan negara miskin, penjaga neraka menyilakan Soeharto memilih sendiri jenis
siksaan yang harus dijalaninya.
Oleh penjaga neraka ia diajak masuk sebuah bilik. Di tempat itu para penyiksa tampak
sedang mengasah pedang dan membakar tusukan besi hingga membara. Soeharto yang bergidik
mellihat orang ditusuki dan disundut besi panas menyatakan, ''Saya mau lihat tempat yang
lain."
Soeharto lantas masuk ke sebuah bangsal luas. Tampak sejumlah penyiksa menancapkan kait
pancing ke sejumlah bagian tubuh seseorang. Ada yang di siku, ada yang di perut, ada yang
didada, pantat, paha dan sebagainya. Mata pancing itu kemudian digunakan untuk mengerakkan
tubuh para pendosa di bangsal itu untuk digantung selama berjam-jam. Bila otot yang jadi
tempat kait jebol mereka akan jatuh ke tanah. Para penjaga akan kembali menancapi
tubuh-tubuh itu untuk kemudian digantung kembali. Begitu seterusnya.
Rupanya Soeharto tak tahan dengan pemandangan itu. "Saya ingin melihat yang
lain"' ujarnya.
Begitulah. Dari bilik ke bilik, bangsal ke bangsal, Soeharto terus memilih. Hampir
semua wilayah neraka telah dijelajahinyn. Tiba-tiba ia berhenti di sebuah empang yang
dipenuhi dengan berbagai jenis tinja, mulai dari tinja manusia hingga kotoran babi.
Rupanya Soeharto tertarik menyaksikan para terhukum yang hanya berendam sebatas bahu.
"Ah, ini sih enteng. Kalau cuma begiru saja, gue juga betah disiksa
selamanya," ucap Soaharto.
Maka ia lalu digiring nyebur ke empang dan ikut berendam sebatas bahu.
"Baru semenit Soharto berendam, tiba-tiba terdengar suara yang memekakkan telinga
dan disambung teriakan penjaga neraka yang berdiri di pinggir empang, "Yaa..., waktu
istirahat sudah habis. Sekarang saatnnya untuk kembali menyelam!"
Kembali ke atas
Di neraka ada paya-paya berisi kotoran manusia yang amat
luas. Para pembohong, penjahat, pemerkosa dan lainnya dihukum di situ. Kian berat tingkat
kejahatan yang pernah dilakukan seseorang selama hidupnya kian dalam ia terbenam dalam
paya-paya itu.Di sebuah kerumunan di paya-paya berkumpulah sejumlah orang ternama. Ada
Hitler, Mobutu Sese Seko, Igor Mengele, Idi Amin, Pol Pot, Marcos dan Soeharto. Hampir
semuanya terbenam sebatas mulut dalam paya-paya menjijikkan itu. Mereka kepayahan di
sengat panas dan bau yang bikin perut mual. Hanya Soeharto yang berdiri di atas
pinggangnya, sambil tersenyum-senyum.
Semuanya memandang Soeharto dengan cemburu. Rupanya akhirnya mereka tak tahan juga
melihat Soeharto yang nasibnya lebih baik.
"Engkau pemusnah manusia terbesar setelah Hitler masa hukumanmu ringan. Aku cuma
membunuh setengah juta orang Kamboja dibenamkan hingga mulutku susah bernafas. Engkau yang
memusnahkan dua juta rakyatmu sendiri pada 1965 cuma dihukum sepinggang," teriak Pol
Pot.
"Iya, korupsimu kan lebih banyak dari yang aku lakukan," tambah Marcos.
"Kamu menindas rakyatmu lebih lama ketimbang yang aku lakukan selagi aku
hidup," sahut Mobutu.
Rupanya perselisihan di antara penghuni neraka itu disaksikan oleh penjaga neraka dari
kejauhan. "Sudahlah kalian sesama penjahat jangan ribut. Apa kalian tak tahu kalau
Soeharto yang kalian cemburui itu sebetulnya berdiri di atas pundak istrinya, Bu
Tien."
Kembali ke atas
Tiga pria mengaku anggota OPM tertangkap Kopassus di
Srui. Mereka dijatuhi hukuman mati. Sebelum dieksekusi, komandan regu tembak menanyakan
keinginan terakhir mereka.
"Kalau aku mati, aku mohon agar jenasahku di bakar dan abunya ditaburkan di atas
makam Tom Wanggai, Presiden Papua yang aku hormati," ujar Mirino.
"Jenasahku juga tolong dibakar dan abunya harap ditebarkan di atas makam Arnold
Ap, antropolog besar dan tokoh yang memberi ilham bagi munculnya identitas Papua,"
ujar Morinus.
"Kalau kamu, apa keinginanmu?," tanya komandan regu pada Nicolaas.
"Sama seperti ke dua temanku. Setelah dibakar, abuku hendaknya ditaburkan di atas
makam Soeharto," ujar Nicolaas.
"Lho, Soeharto kan belum mati?"
"Ya, aku bersedia menanti."
Kembali ke atas
Misalkan Soeharto, Feisal, Habibie dan Harmoko sedang duduk bersama-sama di dalam
sebuah lubang perlindungan. Lantas sebuah pesawat pembom melintas di atasnya. Sebuah bom
jatuh dan tepat meledak di lubang perlindungan itu.
Siapa yang selamat?
Rakyat Indonesia!!!
Kembali ke atas
Taipan Liem Sioe Liong diwawancarai sebuah stasiun
televisi swasta terkemuka tentang kehebatan bisnisnya. Pertanyaan pertama, kalau Indofood
itu bagaimana ceritanya.
Oom Liem menjawab, "Itu bermula dari jaman perang dulu, waktu tentara-tentara kita
kesulitan makanan dan dari sana saya punya gagasan bikin pabrik makanan yang murah
meriah."
Si wartawan menegaskan "sahamnya siapa punya."
Oom Liem mengangguk-ngangguk, "Kebetulan saya punya semua."
Si wartawan meneruskan pertanyaan, "Kalau Indo cement?"
"Oh itu juga, sahamnya saya punya semua."
Masih belum puas di wartawan bertanya, "Bagaimana dengan Indomobil?"
"Saya punya semua."
Akhirnya, si wartawan bertanya, "Kalau Indonesia?"
Oom Liem dengan cepat menjawab, "Wah, kalau itu owe kongsi sama Pak Harto."
Kembali ke atas
Presiden Filipina Fidel Ramos lagi pusing. Soalnya niat
untuk mengubah konstitusi, agar masa jabatan bisa diulang, diprotes sana-sini. Maka
berkonsultasilah ia ke Jakarta. Tapi Soeharto cuma menjawab, "Itulah akibatnya kalau
Anda baru memikirken sekarang. Kalau saya sih sudah sejak daripada hari pertama masuk
tentara sudah berpikir bagaimana caranya untuk mengupayakan daripada melanggengkan
kekuasaan."
Kembali ke atas
Beberapa-tahun lalu Ria Enes dan bonekanya, Suzan,
diundang ke acara kenegaraan. Rupanya nama Ria Enes dan suara perutnya betul-betul menarik
keingintahuan presiden. Tapi, rupanya itu bikin kapok Soeharto. Soalnya ketika Suzan
ditanya, apa cita-citanya, jawabannya: "Ingin jadi Presiden."
Soeharto menggerutu, "Kurang ajar, subversif, sontoloyo. Boneka saja pingin
menggantikan aku."
Kembali ke atas
Saat Hari Anak Nasional, Soeharto mengadakan dialog
terbuka dengan anak-anak di Taman Mini. Suasana riang gembira karena Soeharto memang
sedang bersuka-cita. Ia berupaya menunjukkan kedekatannya pada anak-anak. Berbagai hal
didialogkan.
"Kamu pengin jadi apa?," tanya Soeharto pada Wiwik (9 tahun).
"Jadi juru rawat," jawab bocah itu.
"Bagus nduk. Itu berguna untuk pembangunan," jawab Soeharto dengan senyum.
"Kamu mau jadi apa?"
"Saya ingin jadi presiden, Pak!," jawab Pandur (10 tahun).
"Oh, bagus itu," jawab Soeharto singkat dengan muka merah.
Usai acara, Soeharto langsung memanggil Pangab Faisal Tanjung.
"Jung, kesini kamu!"
"Siap, Pak!" jawab Faisal Tanjung dengan sikap sempurna.
"Begini," ujar Soeharto, "Segera tangkap orang tua si Pandur itu, karena
mereka telah mengajarkan pada bocah itu hal-hal yang menjadi kewenangan daripada
MPR."
Kembali ke atas
Banyak orang penasaran dan ingin tahu rahasia kesuksesan
taipan Liem Soei Liong. Saat datang dan Fukkien, Oom Liem hanya membawa pakaian yang
melekat saja. Tapi kini ia berhasil jadi konglomerat terkemuka di kawasan Asia. Selain
itu, ia juga dikenal punya hubungan dekat dengan kekuasaan di Indonesia.Pada sebuah
kesempatan, seorang wartawan yang berhasil mendekati Oom Liem mengajukan pertanyaan
menyangkut kiat sukses Oom Liem. "Oom, bisa cerita bagaimana Oom mengawali bisnis di
Indonesia hingga sukses seperti sekarang?"
"Oh, dulu ketika saya datang belum punya apa-apa. Saya coba bekerja pada orang.
Dari upah yang saya terima saya belikan 2 ekor bebek. Saya pelihara, lantas beranak-pinak.
Sebagian telurnya saya jual, sebagian saya tetaskan jadi bebek. Bebek saya tambah banyak
... ," tutur Oom Liem.
"Lantas ...?"
"Merasa berhasil dengan bebek, saya coba memelihara babi. Uang hasil memelihara
bebek saya belikan 2 pasang babi. Saya pelihara baik-baik dan saya kembang-biakkan hingga
jadi banyak ...," ujar Oom Liem.
Begitu cerita Oom Liem. Rupanya dengan ketelatenen yang luar biasa Oom Liem terus
beralih dari binatang yang satu ke binatang yang lain, yang nilai ekonomisnya kian tinggi.
Namun, rupanya sang wartawan sudah tak sabar dengan cerita evolusi usaha Oom Liem.
"Lantas apa hal itu yang membuat Oom bisa jadi konglomerat? Lantas apa hubungannya
dengan kedekatan Oom dengan presiden?" sergah si wartawan.
"Oh, itu. Itu yang mau saya ceritakan. Setelah sukses memelihara bebek, babi,
kambing, sapi .... akhirnya saya memutuskan untuk memelihara 'Babe' sampai sekarang."
Kembali ke atas
Pada akhir jaman, arwah mantan Presiden AS Harry Truman
naik ke atas. Ia melihat antrean para arwah di pintu pengadilan terakhir. Karena ia mantan
presiden, ia ingin cepat-cepat masuk menerobos antrean panjang itu. Namun salah satu
penjaga mengingatkan, "Maaf, presiden yang ikut antri di sini bukan hanya Anda. Di
depan juga ada presiden," kata sang penjaga.
Karena masih merasa jadi seorang presiden dari negara terkuat, Truman tetap menerobos
ke depan. Namun sesampai di bagian depan ia kaget. Ternyata betul, di depannya De Gaulle,
Churchill, Brezhnev malahan orang macam Napoleon dan Julius Caesar masih berdiri ikut
antre. Truman merasa malu untuk kembali antre di belakang. Tiba-tiba sebuah arwah maju
terus tanpa menghiraukan antrean panjang itu. Ia langsung ke depan dan langsung nyelonong
masuk gerbang pengadilan terakhir. Sebagian besar arwah protes, termasuk Truman. Ia
bertanya kepada penjaga, "Hei.... kenapa orang itu nyelonong masuk tanpa antre?"
Si penjaga menjawab, "Oh, itu Soeharto dari Indonesia!"
Kembali ke atas
Untuk melepas kepenatan dan bisa menenangkan pikiran
dari gejolak moneter dan bencana yang sedang melanda negerinya, Soeharto minta pada staf
Bina Graha agar memasang aquarium besar di rumahnya dan mengisinya dengan berbagai jenis
ikan. Soeharto senang dengan mainan barunya itu. Ia kerap membersihkan dan menganti air
aquarium sendiri.Rupanya di aquarium Soeharto ada seekor ikan mas yang suka berfilsasat.
Tiba-tiba ia mendekati seekor temannya dan bertanya, "Kau percaya adanya
Tuhan?""Tentu saja," jawab sang teman, "Kalau bukan Dia, siapa lagi
sih yang mengganti air dalam aquarium ini?"
Kembali ke atas
Mbak Tutut disertai sejumlah pengawalnya tengah berlibur
di sebuah hotel mewah di Amerika. Tampaknya ia ingin menikmati sinar matahari Amerika. Ia
berbaring telanjang di atap sebuah hotel mewah dengan penjagaan ekstra ketat.
Tiba-tiba manajer hotel mendatanginya. Sang manajer berdehem dan menyatakan, "Maaf
madame, tempat ini bukan untuk bertelanjang bulat."
Mbak Tutut menjawab dengan ketus, "Kenapa tidak? Kan tak seorang pun yang melihat
saya."
"Madame, memang tak melihat seseorang," ujar sang manajer. "Namun
madame, ini adalah tempat terhormat. Sadarkah Madame bahwa Madame kini tengah berbaring di
atap tembus pandang dari, ruang makan dan sekarang sedang waktu makan siang."
Kembali ke atas |